Entertainment

Lee Soo Man Jelaskan Konsep aespa, Lampaui Batas Antara Dunia Nyata dan Virtual

Selebritis

11 Agustus 2021 20:07 WIB

aespa dan avatarnya (Dok. SM Entertainment)

Solotrust.com - Lee Soo Man, founder dan ketua SM Entertainment menjelaskan seperti apa konsep girlgroup aespa dalam pidatonya di "1st World Cultural Industry Forum" (WCIF) dengan tema "Masa depan dunia industri hiburan dan Culture Universe sejak COVID-19", sebagaimana dikabarkan SM Entertainment dalam siaran persnya.

"Kita sekarang menghadapi tidak hanya COVID-19, tetapi juga penyakit lain, variabilitas iklim, dan variabel turbulen lainnya yang mungkin tidak diharapkan manusia setiap saat. Kita ada di era revolusi industri berikutnya. Seiring kemajuan teknologi di masa depan, lebih banyak perubahan akan terjadi dalam gaya hidup manusia, dan seperti yang telah kami katakan, dunia masa depan adalah selebriti dan robot," katanya.



Lee kemudian menyebut tentang SMCU (SM CULTURE UNIVERSE), yangmana girlgroup aespa menjadi proyeknya yang pertama.

"aespa akan memproyeksikan dunia masa depan yang berpusat pada selebriti dan avatar, dan akan lahir dalam konsep yang benar-benar baru dan inovatif, yang melampaui batas antara 'dunia nyata' dan 'dunia virtual'," kata Lee.

Ia melanjutkan, "Saya pikir akan baik untuk membuat world view dengan penceritaan yang inovatif dan kuat dari tahap perencanaan, dan bagaimana membuat dan menyampaikan cerita, serta bagaimana memasukkan world view itu dalam konten masa depan. Saya pikir itu adalah permainannya. Daripada world view yang ditafsirkan sebagai simbol dan metafora, kami membuat konten storytelling dengan karakter dan cerita baru yang sangat menarik, dan cerita ini merupakan elemen penting untuk mengekspresikan artis dan musik."

Tentang storytelling aespa, dijelaskan bahwa anggota yang ada di 'dunia nyata' an anggota avatar yang ada di 'dunia virtual' berkomunikasi dan berinteraksi melalui dunia perantara yakni dunia digital. Anggota di 'dunia virtual' memiliki Artificial Intelligent (AI) sehingga mampu berkomunikasi dengan anggota dari 'dunia nyata'.

Lebih lanjut, setelah aespa debut, para anggota 'dunia nyata' memperluas aktivitas offline mereka seperti artis SM sejauh ini. Pada saat yang sama, anggota 'dunia virtual' juga aktif dalam berbagai konten dan promosi.

"Kami berencana untuk memperluas kegiatan kami dalam berbagai cara yang luar biasa, seperti memamerkan kolaborasi antara 'dunia nyata' dan 'dunia virtual'. Dengan aespa, saya akan membuka jalan baru lagi dan menghadirkan kesenangan dan kenikmatan yang berbeda," kata Lee.

Terakhir Lee mengatakan, "Sekarang saya selangkah lebih dekat ke dunia hiburan masa depan. Tahun ini lagi, melalui girlgroup baru aespa, saya mewujudkan SMCU, visi untuk dunia hiburan masa depan. Seperti sebelumnya, lebih baru, inovatif, dan banyak lagi. Saya ingin meminta lebih banyak minat pada dunia hiburan masa depan yang akan terus saya dan SM ciptakan, dan untuk lebih banyak dukungan untuk industri budaya, yang merupakan daya saing inti Korea."

Sementara itu dalam WCIF yang kedua, sebagaimana dikabarkan The Korea Times, Lee menjelaskan bahwa merangkul transisi dalam teknologi adalah hal yang tidak dapat dihindari oleh penyanyi K-Pop.

"Di setiap bidang teknologi masa depan, seperti perangkat lunak robotika, big data, dan display, akan menjadi lebih penting untuk berkolaborasi antara selebriti dan teknologi, yang saya anggap sebagai visi baru K-pop dan Korean Wave," kata Lee.

Terkait hal ini Lee menyebut tentang girlgroup baru SM, aespa, yang terdiri dari empat anggota dan empat avatar yang hidup di dunia virtual, sebagai contoh dari girlgroup metaverse (meta dan universe) pertama.

Lee juga menyebut tentang kemampuan SM Entertainment dan orang-orang Korea dalam menciptakan "killer content", yang bisa dilihat dari film dan konten Korea lain yang memenangkan penghargaan dan viral di internet. Konten ini sangat berkaitan dengan teknologi, yang melibatkan apa yang dia sebut sebagai "Prosumer".

"Setelah membuat konten orisinal utama, kita harus memimpin konvergensi teknologi dan konten dengan membiarkan 'prosumer', gabungan dari kata produser dan konsumen, berpartisipasi dan terlibat dalam pembuatan ulang konten orisinal. Di masa depan, konten akan diperlakukan sebagai aset seperti yang Anda lihat di sistem blockchain dan NTF (non-fungible token)," kata Lee.

Lee juga mengatakan bahwa waktunya sudah matang bagi Korea untuk menjadi "penggerak pertama" dalam budaya global, karena Korea memiliki apa yang diperlukan untuk memainkan peran itu.

Komentar Lee ini didukung oleh fakta bahwa K-Pop telah menjadi fenomena global berkat penggunaan melodi yang adiktif, koreografi yang apik, serta video musik dan konser yang menarik. Artis Korea juga telah mencapai tangga lagu Billboard HOT 100 AS setidaknya delapan kali sejak 2009 dan industri musik Korea telah menggelembung menjadi raksasa senilai $5 miliar.

"Di masa lalu, Korea adalah pengikut cepat dalam industri budaya. Tapi Korea harus mengatasi kerangka kerja dan menjadi penggerak pertama karena negara ini memiliki semua teknologi canggih dari seluruh dunia," kata Lee. (Lin)

(wd)