Hard News

Geliat Usaha Genteng Tradisional Mojolaban, Ditengah Modernisasi Teknologi

Jateng & DIY

16 Agustus 2021 16:29 WIB

proses pencetakan genteng tradisional di Desa Demakan, Mojolaban, Sukoharjo. (Foto: Dok. Solotrust.com/imam)

SUKOHARJO, solotrust.com – Alat-alat press sederhana bertenaga manusia berdecit di sebuah ruang pembuatan genteng tanah liat. Alat sederhana itu menghasilkan genteng yang sedang di jemur Suparman (56th) salah satu pengrajin genteng tradisional Desa Demakan, Kecamatan Mojolaban, Senin (16/8).

Desa Demakan terkenal sebagai desa pengrajin genteng tradisional. Ditengah berkembangnya teknologi  banyak warga desa Demakan masih mempertahankan cara tradisional membuat genteng.



“Usaha gentengnya sudah lama Mas.. sudah dari generasi ke generasi puluhan tahun. Cara sama alat-alat yang dipakai juga masih sama kayak dulu, gak ada yang berubah,” kata Suparman.

Ia pun tidak berniat mengganti alat tradisional tersebut menggunakan alat yang lebih canggih.

Dalam pembuatan genteng tanah liat tradisional, Suparman bertugas memutar mesin press tradisional yang dimiliki keluarga mereka, sedangkan istrinya Warti (50th)tampak mengambil tanah liat dan menaruhnya di cetakan genteng yang terbuat dari besi.

Setelah di press genteng yang baru dicetak ditaruh di atas rak kayu sebelum di jemur. Dalam sehari dirinya biasa mencetak 300 hingga 350 genteng.

Selain alat press, tampak juga tempat pembakaran genteng di depan rumah Suparman. Tempat pembakaran tersebut terlihat sederhana terbuat dari batu bata yang disusun menjadi tembok dan menyerupai cerobong. Genteng-genteng yang telah di cetak akan di jemur dahulu hingga kering sebelum dibakar di dalam tempat pembakaran tersebut.

Dalam sekali pembakaran terdapat 1000 hingga 3000 genteng yang disusun dalam ruang pembakaran sebelum api dinyalakan. Proses pembakaran genteng dilakukan selama 24 jam

Warti mengungkapkan genteng-genteng tersebut biasa dijual ke pengepul atau perorangan yang membutuhkan genteng untuk bangunan. Genteng yang produksi Suparman telah dipasarkan hingga seluruh Jawa Tengah.

"Jualnya per 1000-an (buah), 1000-nya ya sekitar 900 ribu, kadang 750 ribu, 850 ribu,tergantung bisa naik turun," kata Warti. (imam/rais)

()