Hard News

Stasiun TV Tak Berlisensi Ditutup, Imbas Kritik Keras pada Presiden Tunisia

Global

7 Oktober 2021 16:40 WIB

Pendukung Presiden Tunisia Kais Saied berpawai sebagai dukungan atas perebutan kekuasaan dan penangguhan parlemen, di Tunis, Tunisia, Minggu (3/10/2021). (Foto: Reuters/Zoubeir Souissi)

TUNIS, solotrust.com – Stasiun televisi yang tidak memiliki lisensi ditutup oleh Regulator media independen Tunisia pada Rabu (6/10) imbas kritikan kerasnya pada Presiden Kais Saied.

Kritikan itu ditujukan kepada Presiden Saied sejak ia merebut sebagian besar kekuasaan pada Juli dalam sebuah gerakan yang oleh musuhnya disebut kudeta.



“Itu tayangan tanpa izin. Hukum akan ditegakkan kepada semua stasiun televisi yang melanggar hukum,” kata Kepala Regulator Media Tunisia Nouri Laimi.

Dilansir Reuters, Zaytouna adalah salah satu televisi  yang sudah beroperasi bertahun-tahun lamanya tanpa lisensi. Hal itu membaut geram para pengawas media yang melihat stasiun penyiaran  sebagai alat terlarang untuk pengaruh politik.

Pihak stasiun mengatakan bahwa polisi telah menggerebek markasnya dan menyita peralatan.

Namun, sejak Saied merebut kekuasaan eksekutif pada Juli, para kritikus mungkin melihat gerakan perlawanan terhadap media yang menentangnya sebagai upaya untuk merusak luasnya kebebasan pers Tunisia.

Zaytouna lebih dikenal sebagai media yang begitu dekat dengan partai Islamis moderat Ennahda, salah satu partai terbesar di parlemen dan paling vokal mengkritik Saied sejak intervensinya pada 25 Juli.

“Kedekataan itu tidak ada hubungannya dengan tindakan luar biasa yang diumumkan Presiden,” ujar Lajmi.

Redaktur Zaytouna, Lotfi Taouati, meyakini bahwa langkah tersebut merupakan murni berkaitan dengan tindakan Presiden.

“Keputusannya adalah menghukum kami atas sejumlah sikap kami baru-baru ini dalam menilai keputusan Presiden dan kritik keras yang terjadi sejak Juli,” katanya kepada Reuters.

Salah satu partai besar di Tunisia, Heart of Tunisia yang diketuai Nabil Karoui sekaligus pemilik stasiun televisi Nessma telah mengaku untuk menolak upaya pemerintah menutup stasiun televisi tersebut selama beberapa tahun karna lantaran tidak memiliki izin.

Partai yang populis itu juga sangat kritis terhadap Saied.

Sementara itu, stasiun televisi lain, ada juga Hannibal dan sebuah stasiun radio relijius juga beroperasi tanpa izin.

(zend)