Hard News

Dukung Target 17 Juta Wisman, AirAsia Siap Buka Rute Baru

Hard News

20 Februari 2018 17:06 WIB

CEO AirAsia Group Tony Fernandes (kiri) dan Menteri Pariwisata Arief Yahya (Dok. Instagram @kemenpar)

SOLO, solotrust.com – Dilansir dari laman Kemeterian Pariwisata Republik Indonesia, kemarin (19/2/2018), maskapai penerbangan Low Cost Carrier (LCC) AirAsia siap mendukung program pariwisata Indonesia yang tahun ini menargetkan kunjungan 17 juta wisatawan mancanegara (wisman). Untuk itu, AirAsia berkomitmen membuka rute penerbangan baru ke destinasi pariwisata prioritas serta dari originasi prioritas yang pertumbuhannya besar.

Menteri Pariwisata Arief Yahya melakukan pertemuan dengan CEO AirAsia Group Tony Fernandes di Gedung Kementerian Pariwisata, kemarin. Pertemuan tersebut membahas pengembangan aksesibilitas dan terminal khusus Low Cost Carrier (LCC).



Dalam audiesi tersebut, AirAsia mengusulkan Bandara Soekarno-Hatta memiliki terminal khusus LCC. Hal ini dikarenakan terminal khusus LCC bisa memudahkan konektivitas penerbangan, terlebih dari penerbangan internasional ke domestik.

Arief  menyatakan mendukung pengembangan LCC di Indonesia. Dirinya berharap, LCC bisa membantu pencapaian target 17 juta wisman tahun ini. Menurutnya, bisnis TTT (Tourism, Transportation, dan Telecommunication) punya DNA yang mirip dengan LCC yakni sama-sama bergantung pada season (musim). TTT dan LCC akan berpengaruh saat peak dan low season. Selain itu, keduanya juga sama-sama bergantung jarak, sehingga ada zonasi.

"Selain itu, LCC dan TTT sama-sama sensitif dengan harga. Makin murah meriah, makin meledak traffic-nya. Karena penerbangan murah, maka orang jadi affordable. Harga makin terjangkau oleh masyarakat. Masyarakat juga jadi terbiasa naik pesawat. Lihat saja di Terminal 1 Soekarno Hatta, penumpangnya banyak dan antre panjang," jelasnya.

Selain hal tersebut, audiensi ini juga menghasilkan beberapa kesepakatan yakni Airef mendukung pengembangan bandara LCC di bandara prioritas Indonesia, yaitu Cengkareng dan Denpasar. Arief juga mendukung usulan mengurangi airport tax untuk LCC yang tujuannya untuk mendorong pertumbuhan maskapai.

Sementara CEO AirAsia Group Tony Fernandes menilai bahwa pertumbuhan maskapai di Indonesia kalah dibanding negara lain. Hal ini dikarenakan Indonesia tidak memiliki strategi khusus untuk melayani penerbangan LCC. Menurut Tony, kebijakan harga murah adalah strategi promosi yang utama.

“Indonesia kalah karena tidak memiliki strategi LCC. Harga akan mendorong Anda untuk menyadari bahwa Indonesia lebih dari sekadar Bali. Sebagai benchmark, Thailand sekarang membuka terminal khusus low cost. Mayoritas maskapai di sana menggunakan pesawat wide body, namun low cost, ” ujar Tony.

Oleh karena itu, Tony menyarankan Terminal 2 Bandara Soekarno-Hatta sebagai terminal khusus Low Cost atau membuka kembali Terminal 3 lama sebagai terminal khusus maskapai LCC.

Dijelaskannya, ide utama dari terminal LCC adalah memperpendek waktu transit. Namun, strategi itu memperpanjang waktu untuk berbelanja. Hal ini diharapkan akan bisa mempertinggi efektivitas waktu penerbangan sehingga bisa diperbanyak. Lebih lanjut, benchmark bandara LCC yang baik adalah Stansted, London, Inggris.

"Kita siap untuk mengeluarkan uang banyak. Karena kita membuka jalur Narita-Jakarta. Dan, responsnya sangat bagus. Kita juga siap membuka rute penerbangan Jakarta-India," lanjut Tony.

Dia juga menawarkan untuk membuat keramaian di sejumlah bandara di Indonesia. Seperti yang dilakukannya di Bandara Bandung. Di sana, AirAsia menjadi pionir jalur internasional Kuala Lumpur-Bandung. Rute itu kemudian diikuti oleh maskapai lain.

“Saya bisa membuat keramaian di bandara-bandara yang ada di Indonesia. Seperti bandara di Bandung dan bandara lain dengan membuka rute internasional,” tegas Tony.

Selain itu, AirAsia juga mendorong pengurangan airport tax untuk mendorong pertumbuhan LCC. Ia mengatakan 60 persen dari rute AirAsia merupakan rute baru. Di Indonesia, pertumbuhan terbesar ada di kota-kota sekunder. Ini berbeda dengan maskapai premium yang memfokuskan flight pada kota kota primer (ibukota dan lain-lain).

"Pertumbuhan maskapai LCC itu mencapai 32 persen. Sementara maskapai full service 3,5 persen tahun lalu." tandasnya. (Lin)

(way)