Hard News

Cegah Stunting, Kemenperin Dorong Masyarakat untuk Konsumsi Ikan

Nasional

15 Oktober 2021 16:20 WIB

Webinar tentang Diversifikasi Olahan Hasil Perikanan dalam Rangka Pemenuhan Gizi Masyarakat di kala Pandemi pada Rabu (13/10) (Foto: tangkapan layar Youtube DITJEN Industri Agro).

JAKARTA, solotrust.com - Plt. Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Putu Juli Ardika mendorong masyarakat untuk mengonsumsi ikan guna mencegah stunting dalam acara webinar tentang Diversifikasi Olahan Hasil Perikanan dalam Rangka Pemenuhan Gizi Masyarakat di kala Pandemi pada Rabu (13/10).

“Ikan merupakan komoditas yang kaya akan gizi dan mudah dijumpai di sekitar kita,” tutur Putu dalam rilis resmi Kementerian Perindustrian.



Ia memaparkan kandungan yang terdapat pada ikan yaitu protein, lemak, minyak ikan, vitamin A, D, B6, B12, mineral, yodium, dan zat besi yang mana semua kandungan tersebut dapat mengatasi maslah kekurangan zat gizi mikro dalam tubuh manusia.

Putu menggunakan program suplementasi serta upaya perubahan perilaku konsumsi masyarakat agar mengkonsumsi sumber makanan yang mengandung gizi tinggi salah satunya dengan mengkonsumsi ikan.

“Solusi yang paling dekat adalah mengupayakan konsumsi ikan karena Indonesia mempunyai potensi perikanan yang sedemikian besar,” jelas Putu.

Diketahui bahwa konsumsi ikan nasional terus mengalami peningkatan dan diharapkan pada 2021 bisa melampaui 60 kg/kapita/ tahun.

“Konsumsi ikan di negara kita perlu terus ditingkatkan. Selain karena kandungan zat gizi mikronya yang bermanfaat bagi masyarakat yang mengkonsumsinya, Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki potensi produksi ikan yang sangat banyak,” tutur Putu.

Dalam acara webinar juga dihadiri oleh pakar ahli gizi, Aulia Aprilia yang menjelaskan bahwa sunting merupakan masalah kesehatan karena kekurangan gizi kronis pada anak sehingga  berdampak pada tinggi badan yang lebih rendah dari standar usianya.

“Rendahnya asupan zat gizi mikro terutama pada ibu hamil dan anak balita diketahui dapat mempengaruhi pertumbuhan janin, perkembangan kognitif pada anak dan daya tahan terhadap infeksi, yang akan mengancam kualitas SDM Indonesia ke depan,” jelas Aulia.(cahyarani)

(zend)