Hard News

Tantangan Hadapi Pandemi, Bupati Pati: Masyarakat Ada yang Tidak Percaya Covid-19

Sosial dan Politik

19 Januari 2022 11:00 WIB

Bupati Pati Haryanto menyebut pemahaman masyarakat yang kurang terhadap Covid-19 menjadi tantangan bagi pemulihan di Kabupaten Pati. Kamis (19/1). Youtube/TATVSolo

PATI, solotrust.com - Dalam acara Relasi Publik TATV dengan tema Pati Sukses Hadapi Pandemi Pulihkan Ekonomi pada Rabu (18/1), Bupati Pati, Haryanto mengakui bahwa Covid-19 menjadi menjadi tantangan banyak kepala daerah di Indonesia saat ini.

Tak terkecuali bagi Kabupaten Pati. Kendati menurut Haryanto Kabupaten Pati tak terlalu tedampak secara keseluruhan. 



“Kebetulan Pati tumpuan ekonomiannya pertanian, perikanan kemudian industri. Tidak terlalu berdampak,” ujar Haryanto.

Namun, di luar sektor tersebut, Haryanto menuturkan bahwa pemahaman masyarakat yang kurang terhadap pandemi menjadi tantangannya dalam upaya pemulihan, terutama di sektor ekonomi dengan menjalankan Protokol Kesehatan (Prokes).

“Masyarakat itu kadang-kadang diedukasi, ada yang percaya, ada yang tidak percaya bahwa Covid itu tidak ada,” kata Haryanto.

Dalam upaya pemahamanan tersebut, pihaknya memaksimalkan penegakan-penegakan dan sinergi dari semua elemen masyarakat, dari atas sampai bawah.  Haryanto menuturkan pihaknya juga bekerja sama dengan tokoh-tokoh agama agar pesan kepada masyarakat dapat diterima dengan baik.

“Kita ada beberapa penegakan tim yustisi, penegakan apabila masyarakat melanggar prokes, ada teguran lisan, tertulis, dan sanksi denda. Lalu ada programm Jogo Tonggo dari Pak Ganjar.  Kemudian kita bagi kepala OPD (Organisasi Perangkat Daerah) untuk mendampingi camat, kemudian camat melakukan pertemuan dari kades sampai perangkat, kita breakdown lagi ke bawah. Bahkan saya cenderung menghubungi tokoh-tokoh agama kita libatkan. Itu semua kita libatkan,” terangnya.

Lebih lanjut terkait penegakan prokes terutama di sektor ekonomi menengah mikro, upaya edukasi itu juga dibarengi dengan bantuan langsung dari pemerintah Kabupaten Pati, dengan anggaran dari APBD. Hal tersebut menurutnya untuk mengantisipasi konflik masyarakat.

“Jam jualan kan dibatasi, agar dia tidak marah-marah kita kasih sembako. Itu memang diperbolehkan dari anggaran pemerintah daerah, Alhamdulillah sampai sekarang bisa dipahami masyarakat,” ujar Haryanto.

Selain sektor ekonomi, sektor pendidikan juga menjadi sektor yang sempat terkendala pandemi Covid-19. Dalam upaya pemulihan sektor tersebut, Haryanto mengatakan bahwa vaksinasi dan pengawasan menjadi hal yang utama dalam upaya pemulihan, terutama dengan diadakannya Pembelajaran Tatap Muka (PTM) di Pati per-Senin (17/1).

“Jadi sebelum kita memutuskan PTM secara keseluruhan, kami sudah menginventaris bahwa vaksin 70 persen umum, 65 persen lansia, anak-anak proses 35 persen. Dan pengawasan, seluruhnya saya libatkan, mulai dari penilai, pengawas, Kepala Bidang (Kabid), OPD, untuk pengawasan di masing-masing sekolah. Per-kecamatan sudah dibagi,” ujarnya.

Dalam menyukseskan PTM, ketersediaan penunjang-penunjang Prokes juga menjadi prasyarat mutlak bagi sekolah yang menjalankan PTM.

Adapun untuk mengantisipasi penyebaran Covid-19 selama PTM, Haryanto juga memberi syarat khusus kepada peserta didik, dengan cara peserta didik tidak diperkenankan naik angkutan umum. Pun  menurutnya, hal tersebut bisa dijalankan juga dengan bantuan orang tua peserta didik, mengingat PTM hanya berlangsung 2-3 jam selama pandemi.

“Sekolah yang tidak menyediakan protokol, tidak boleh melaksanakan PTM, seperti harus ada tempat cuci tangan, hand sanitizer, masker.  Siswa yang berangkat juga tidak boleh naik angkutan umum, tapi diantar orang tua. Soalnya durasinya tidak lama, 2-3 jam maksimal. Nanti bisa diatur,” tandasnya. (dks)

(zend)