SOLO, solotrust.com - Penggiat sejarah asal Solo sekaligus Ketua Komunitas Solo Societeit, Dani Saptoni menanggapi ditetapkannya Gusti Pangeran Hario (GPH) Bhre Cakrahutomo Wira Sudjiwo sebagai Mangkunegara (MN) X bukanlah hal yang keliru, melainkan suatu hasil manajemen konflik.
Hal ini disampaikan Dani pada Solotrust.com lewat sambungan telepon pada Sabtu (5/3). Ia mengungkapkan Mangkunegaran memiliki sejarah yang unik mengenai suksesinya.
“Ya kalau bicara tentang sejarah suksesi di Mangkunegaran itu unik. Mereka memiliki Paugeran-paugeran adat tapi untuk yang bertahta di Mangkunegaran itu sering terjadi keunikan,” ungkapnya.
Manajemen konflik yang dimaksud oleh Dani adalah warisan kebijakan untuk mengatasi konflik internal di dalam tembok Mangkunegaran, dalam hal ini termasuk penentuan tahta. Alasan lain adalah karena GPH Bhre adalah putra pertama dari KGPAA Mangkunagoro IX dengan permasuri GKP Prisca Marina Yogi Supardi.
Dani juga menilik sejarah ketika Pura Mangkunegaran dipimpin oleh Mangkunegara IV yang bukan putera mahkota dari Mangkunegara III.
Mangkunegara IV pada masa itu mengalami masa kejayaan dalam industrialisasi. Banyak pembaharuan yang dilakukan Mangkunegara IV sehingga menjadi proyek percontohan oleh kerajaan-kerajaan tradisional lain pada masa itu. Di era ini juga banyak karya sastra yang muncul dan masih aktual hingga dimanfaatkan oleh generasi penerusnya.
Selain itu menurut Dani, masa kejayaan Mangkunegaran juga dirasakan pada era kepemimpinan Mangkunegara VII. Di era tersebut terjadi proses-proses pembaruan di Pura Mangkunegaran, apresiasi terhadap ilmu pengetahuan, bahkan Mangkunegara VII juga menginisiasi munculnya Javanologi atau pusat kajian tentang kebudayaan Jawa saat itu yang kemudian diteruskan di Museum Sanabudoyo Yogyakarta.
Mengenai usianya yang cukup muda, Dani setuju dengan pendapat Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka pemilihan Gusti Bhre menjadi penerus tahta dapat selaras dengan program-program Pemerintah Kota Solo.
“Ya salah satunya itu. Bisa lebih ter-update dan bisa meng-update kondisi zaman,” ungkap Dani.
Terakhir, Dani berharap usia Gusti Bhre yang masih produktif dapat mengembalikan Pura Mangkunegaran menjadi pusat ilmu pengetahuan dan kebudayaan. (riz/dks)
(zend)