Hard News

Taman Buku dan Majalah Keraton Solo: Harta Karun Literasi di Bawah Rindang Beringin Alun-alun Utara

Jateng & DIY

22 April 2022 15:30 WIB

Taman Buku dan Majalah Alun-alun Kraton Solo, yang menjual buku-buku bekas dan baru. (Foto: Dok. Solotrust.com/dks)

SOLO, solotrust.com - Tepat di sebelah kanan dari arah pintu masuk Alun-alun Utara Solo melalui bundaran Gladag, tersimpan harta karun literasi menyempil dalam ruko-ruko teduh tempat jualan buku di bawah payungan pohon beringin. Taman Buku dan Majalah Alun-alun Kraton Solo, begitu tempat ini menamakan diri.

Pengunjung akan langsung disambut plang tempat yang tertulis nama tempat tersebut, tertera nama fakultas dari salah satu kampus negeri di Kota Bengawan.



Tempat ini didirikan oleh pihak Keraton Kasunanan Solo sebagai tempat berjualan beragam buku untuk setidaknya 16 pedagang. Mayoritas, Taman Buku dan Majalah Alun-alun Keraton Solo menjual buku-buku bekas.

Di sudut belakang ruko, nampak seorang lelaki tua sedang bersantai di ruko-nya sembari memutar kaset-kaset lawas. Bambang Tri Harjanta, salah satu penjual  di deretan ruko-ruko itu.

Ia mengungkapkan, ruko-ruko itu dulunya didirikan pihak Keraton Kasunanan Solo untuk menertibkan pedagang yang membuka lapak-lapak liar di sekitaran Alun-alun Solo. Sementara, Bambang telah berjualan di sekitaran alun-alun sejak sekitar 1997 silam dan dipindah ke area tersebut sekitar 2000-an lalu.

"Awal mulanya liar di alun-alun sana, 1997 saya masih di lapangan alun-alun, terus dipanggil pihak keraton nggak boleh. Dari beringin sana, beringin sini, terus ini (Taman Buku dan Majalah Alun-alun Keraton Solo). Ini di bawah naungan keraton," katanya saat disambangi Solotrust.com Selasa (19/4) lalu.

Selama itu, Bambang menjual beragam buku-buku lawas yang ia dapat dari hunting di tempat-tempat pembuangan. Sementara, dituturkan pedagang-pedagang di tempat tersebut menjual jenis-jenis buku yang berbeda.

"Kalau tempat saya kan kelas-kelas jadul, lama, lah. Buku-buku bekas ini di tempat pembuangan barang-barang bekas. Jadi tidak hanya sekadar rongsokan, buku juga ada," bebernya.

Bertahun-tahun itu pula Bambang bertahan di bawah ruko yang nampak sedikit tak terawat. Ia tak terlalu keberatan dan berharap banyak dengan hal itu.

Bambang bersyukur, dari situ ia dan belasan pedagang itu mampu menghidupi keluarga mereka, meski penjualan di tempat tersebut terus menurun selama pandemi Covid-19.

"Kalau perkembangannya menurun, dari mulai Corona sampai sekarang. Tapi yang penting bertahan hidup asal laku gitu aja. Yang jelas semua punya anak, bisa menyekolahkan, menguliahkan," tukasnya. (dks)

(zend)