SEMARANG, solotrust.com - Mayoritas penduduk yang berada di jalan Kranggan Dalam, Kampung Kebon Lancung, Kota Semarang bekerja sebagai pembuat kulit lumpia. Untuk memenuhi permintaan pelanggan, para pengerajin kulit lumpia mampu menghabiskan hingga 70 kilogram adonan tepung protein tinggi.
Seperti diketahui, lumpia saat ini masih terdaftar di United Nations Educational Scientific and Cultural Organitation (UNESCO) sebagai makanan warisan dunia. Lumpia khas Semarang ini telah bertahan sejak 2014 hingga sekarang.
Tak hanya lumpia, ada tiga makanan Indonesia lain yang terdaftar di UNESCO sebagai makanan warisan dunia antara lain tempe, rendang dan nasi goreng.
Menurut salah satu pengerajin kulit lumpia di kampung tersebut, Eko (27), menjelaskan jika hampir semua warga yang berada di gang sempit itu sudah cukup lama bertahan sebagai pengerajin kulit lumpia. Ia mengatakan hingga kini usahanya sudah berjalan 10 tahun.
"Kurang lebih sudah berjalan 10 tahun," jelasnya kepada Solotrust.com di rumahnya, Sabtu (21/5).
Menururnya Eko, permintaan pelanggan kulit lumpia banyak dari berbagai daerah, baik di dalam kota atau dari luar Kota Semarang. Rata-rata, para pengrajin di kampung itu memasok ke produsen besar lumpia yang berada di berbagai daerah di kota Semarang yang jumlahnya sangat banyak.
"Sudah di kirim ke mana-mana, ke lumpia cik memei dan ke pembuat lumpia lain yang ada Semarang," jelasnya.
Dalam proses produksinya, ia mulai pukul 05.30 sampai 18.00 WIB. Setiap harinya Eko yang dibantu ibu dan saudara nya itu mampu menghabiskan 5 ember berisi adonan tepung berprotein tinggi. Setiap embernya berisi 14 kilogram adonan. (fj)
(zend)