SOLO, solotrust.com - Kota Solo kembali serius mengejar predikat Kota Kreatif ke The United Nations Educational Scientific and Cultural Organization (UNESCO) tahun depan dalam UNESCO Creative City Network (UCCN) subsektor Kota Seni Pertunjukan. Sebelumnya, Kota Solo sudah dua kali mengajukan namun ditolak oleh UNESCO pada 2014 dan 2019 silam.
Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) mendukung penuh keinginan Solo yang ingin menjadi UCCN. Menteri Parekraf (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno menyebut pihaknya akan mengawal Kota Solo ke UNESCO tahun depan.
Terlebih Solo terus menampakan keseriusaannya mengejar predikat tersebut. Sebelumnya Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka telah menjalin komunikasi intens untuk mendiskusikan ajuan UCCN Kota Solo, di sela-sela agendanya bersama pelaku usaha dalam negeri dalam Paris in Java awal bulan Juni lalu.
"Kebetulan Mas Wali habis dari Paris dan bertemu juga dengan UNESCO jadi tadi saya langsung memberikan intruksi untuk mengawal agar proses ini bisa langsung membuahkan hasil positif tahun depan," kata Sandi di sela-sela kunjungannya ke Workshop Kabupaten/Kota (KaTa) Kreatif di Kampung Baluwarti, Pasar Kliwon, Solo, Sabtu (2/7) siang.
Sandi menegaskan Kemenparekraf akan lebih serius setelah dua kali Solo gagal mengajukan diri ke UNESCO sebagai Kota Kreatif.
"Informasi kemarin dan kelengkapan-kelengkapan data belum cukup, kali ini kita tidak akan lengah lagi kita totalitas, mudah-mudahan Solo ini tembus," ujarnya.
"Langkah-langkahnya konkret, outcome dan outputnya tahun depan Solo mendapatkan predikat UCCN dari UNESCO," imbuhnya,
Menurutnya, predikat Kota Kreatif itu akan terus meningkatkan ekosistem dunia kreatif yang baik bagi Kota Solo. Terlebih, dalam hal ini UNESCO akan memantau pelestarian seni pertunjukan ke kota-kota UCCN.
"Kalau sudah masuk Creative Cities Network seperti Ambon City of Music, otomatis akan menjadi ekosistem yang dipantau langsung oleh UNESCO agar para pelakunya melestarikan seni pertunjukan, budaya, dan juga kegiatan-kegiatan," tuturnya.
Sementara itu, Gibran menurutkan selama ini kegagalan Kota Solo dalam menggejar UCCN ditengarai tidak seriusnya Pemerintah Kota (Pemkot) Solo dalam memberi informasi. Ia bahkan menyebut jika proposal yang ditawarkan Solo masih buruk. Ia berkomitmen untuk melengkapi data dan memperbaiki ajuan tersebut.
"Intinya yang kemarin kurang serius, bukan dari menterinya lho ya, tetapi dari sininya. Makanya saya ke Paris saya sudah ke UNESCO, proposalnya jelek banget kok, besok saya perbaiki lagi," ujar Gibran di kesempatan yang sama.
"Potensi ada, nyat ra digarap wae (memang tidak dikerjakan-red), komunitas berjalan sendiri-sendiri makanya saya ke sana," tambahnya.
Lebih detail, Gibran menjelaskan kegagalan itu juga ditengarai dari festival-festival yang selama ini ditawarkan belum dibungkus apik.
"Seni festivalnya sudah banyak, tetapi kurang tematik dan kebanyakan seremonial," tutur Gibran.
Gibran menyebut, seni pertunjukan masih menjadi daya pikat utama Kota Solo. Untuk itu ia yakin kegagalan dua kali itu tak akan meruntuhkan keinginan besar Kota Solo untuk menjadi Kreatif UNESCO khususnya dalam Seni Pertunjukan.
"Karena potensinya di situ kok, festival ini masih menarik, Solo ini Kota Festival, itu sesuai arahan dari UNESCO langsung," tukasnya. (dks)
(zend)