Hard News

Habib Jafar Husein: Jangan Sampai Persatuan Seperti Lagu Dangdut

Nasional

8 Agustus 2022 11:50 WIB

Habib Jafar Husein saat mengisi materi di Inspire Youth Expo Stadion Manahan Solo, Sabtu (6/8) sore. (Foto: Dok. Solotrust.com/dks)

SOLO, solotrust.com – Persatuan menjadi isu penting yang disorot salah satu ustadz muda sekaligus konten kreator keislaman, Habib Jafar Husein. Ia menilai, Indonesia merupakan negara dengan keberagaman tinggi.

Tak hanya soal suku, ras, bahasa, hingga agama, ia mencontohkan keberagaman itu dalam hal kecil seperti penyebutan nama martabak manis di Tanah Air.



“Bahwa kita ini diciptakan dari beragam perbedaan, Indonesia ini negara yang unik, jangankan berbicara suku, bahasa atau pulau, dalam menyebut martabak manis saja kita punya tujuh perbedaan, ada yang bilang martabak manis, terang bulan, kue Bandung,” katanya usai mengisi materi Inspire Youth Expo di booth UMKM ASEAN Para Games (APG) XI Solo 2022 di Stadion Manahan, Sabtu (6/8) sore.

Untuk itu kesatuan bangsa mesti dijaga dengan baik. Ia menyebut perpecahan bangsa akan merugikan rakyat Indonesia sendiri.

“Artinya ini menunjukan persatuan kita mau tidak mau harus dijaga dengan baik, karena terlalu banyaknya keragaman di antara kita, kalau tidak bisa menjaga, maka pihak yang akan dirugikan pertama adalah kita,” ujarnya.

Dalam menjaga itu, dai yang juga menjadi kolumnis beberapa media massa itu mengungkapkan Islam sebagai agama mayoritas memiliki peranan penting dalam mengarahkan generasi bangsa berpikir dan bertindak moderat.

“Dalam ini Islam sebagai agama mayoritas di sini, berperan penting untuk menjaga moderasi agama agar kita tidak menjadi ekstrimis; orang-orang yang berlebihan dalam menilai sesuatu,” tuturnya.

Habib Jafar mengatakan, generasi muda menjadi bagian vital dalam mengarahkan hal tersebut. Terlebih, menurut Survei Penduduk (SP) 2020 Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukan anak muda generasi milenial dan generasi Z mendominasi penduduk Indonesia.

Yakni dengan proporsi 27,49 persen penduduk merupakan Gen Z dan 25,87 persen merupakan milenial. Ia konsen dalam mendoktrin pemahamanan yang mengarah pada persatuan terhadap kawula muda.

“Khususnya anak mudanya, karena sekarang itu anak muda lebih dari separuhnya[penduduk Indonesia], dan anak muda itu mudah sekali ketrigger ke sana ke mari,” paparnya.

Ia menjelaskan, persatuan mesti dijaga sedini mungkin. Habib Jafar khawatir jika rasa persatuan itu tak ditanamkan, maka persatuan baru akan dirasakan setelah ada perpecahan. Ia menyebut situasi seperti itu seperti kutipan lirik lagu ‘Kehilangan’ dari Rhoma Irama dan Rita Sugiarto.

“Jangan sampai kita baru merasakan indahnya persatuan ketika sesuatu itu tidak kita kita miliki. Kalau kata lagu dangdut, ‘Kalau sudah tiada baru terasa,’” pungkasnya. (dks)

(zend)