BALI, solotrust.com – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah mengumumkan adanya temuan satu kasus cacar monyet atau Monkeypox di wilayah DKI Jakarta pada Sabtu (20/8) lalu.
Menteri Kesehatan (Menkes) RI Budi Gunadi Sadikin menyebut fatalitas penularan cacar monyet sangat rendah. Sebab penularan cacar monyet memerlukan kontak fisik dengan pasien yang sudah bergejala kulit bintik-bintik dan keluarnya nanah.
“Cacar monyet memang terjadi tetapi secara scientific itu susah menularnya, karena penularan terjadi saat sudah bergejala dan yang kedua harus kontak fisik,” kata Budi dalam konfrensi pers The 3rd G20 Health Working Group di Bali, Senin (22/8).
Terlebih, sebut Budi, di Indonesia sudah dilaksanakan vaksinasi cacar sejak tahun 1980an di masa benua Asia terkena pandemi cacar. Vaksinasi cacar tersebut hanya diperlukan sekali seumur hidup, sehingga menurutnya masyarakat Indonesia sebagian sudah memiliki imunitas terhadap DNA virus cacar monyet.
“Orang Indonesia dulu saat pandemi cacar divaksinasi sehingga masih ada antibodinya,” tuturnya.
Budi menegaskan fatalitas penyakit cacar monyet juga sangat rendah. Dari data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan dari 35 ribu kasus cacar monyet, 12 pasien diantaranya meninggal dunia.
Namun kasus meninggalnya pasien cacar monyet bukan karena virus itu sendiri melainkan adanya infeksi yang terjadi di dalam tubuh oleh bakteri seperti pneumonia atau meningitis.
“Meninggalnya bukan karena virusnya, karena di kulit enggak bisa bikin meninggal, meninggalnya karena secondary infections, jadi sudah infeksi di kulit garuk-garuk segala macem masuk ke tubuh kemudian kena infeksi bakteri di paruparu, biasanya meninggalnya karena pnenumonia masuk ke infeksi meningitis di otak,” paparnya.
“Tapi meninggalnya bukan gara-gara infeksi di kulit,” tegas Budi.
Ia mengimbau masyarakat tidak perlu khawatir akan cacar monyet, sebab Indonesia telah memiliki 1000 lab PCR serta reagen yang disiap digunakan untuk mendeteksi. Terlebih ia menyebut kebanyakan kasus cacar monyet di Eropa dan Indonesia bukan cacar monyet yang memiliki tingkat fatalitas tinggi.
“Kita pakai genome sequence untuk tau apakah itu cacar monyet Afrika Barat dan Afrika Tengah, yang satu fatal yang satu engga. Kebanyakan kasus di Eropa dan Indonesia yang tidak fatal ini baru kita genome sequence jadi kita belum tahu variannya yang mana tapi kita lihat dia masih survive,” katanya. (akhrns)
()