Ekonomi & Bisnis

Siasati Kedelai Naik, Perajin Tahu Kurangi Bahan hingga Kecilkan Ukuran

Ekonomi & Bisnis

29 September 2022 16:25 WIB

Salah satu rumah produksi tahu di Mojosongo, Solo. (Foto: Dok. Solotrust.com/dks)

SOLO, solotrust.com - Kenaikan harga kedelai beberapa pekan terakhir membuat perajin produk-produk turunan berbahan kedelai mesti memutar otak. Sejauh ini, dari pantauan Solotrust.com, harga kedelai di pasaran sudah menembus di atas Rp12 ribu/kilogram (kg) untuk jenis impor.

Salah satu perajin tahu di Mojosongo, Jebres, Solo, Hendro mengungkapkan kenaikan itu membuat industri rumahannya mengurangi penggunaan bahan kedelai.



Dalam sehari, industri rumahannya memerlukan 3 hingga 4 kuintal kedelai. Ia menyebut, pihaknya bisa menggunakan lebih banyak bahan kedelai saat harga komoditas itu stabil di pasaran. Terakhir kali ia memasok kedelai impor di harga Rp12.650/kg.

"Kurang lebih 3-4 kuintal sehari. Standarnya gitu, kadang bisa lebih 4,5 kuintal," ungkap Hendro, Kamis (29/9) siang.

"Enggak berpengaruh ke kualitasnya, tetapi tebal-tipisnya," tambahnya.

Menurutnya, harga kedelai beberapa pekan terakhir terus mengalami kenaikan bertahap. Kenaikan itu berkisar di angka Rp100-Rp150/kg-nya. Demikian, ia belum menaikan harga selama beberapa pekan terakhir.

Ia lebih memilih mengurangi penggunaan kedelai itu. Industri rumahan Hendro memproduksi tahu jenis polos di harga Rp24 ribu/loyang serta tahu kepal di harga Rp27 ribu/loyang.

"Pengurangan kedelai, ukurannya kurang lebih sama. Kalau harga jual kan dulu sudah dinaikin, tetapi ini belum dinaikan lagi," ujarnya.

Fluktuasi harga kedelai kerap terjadi selama 2022 ini. Bagi Hendro, hal itu tak terlalu mengganggu operasional industrinya yang memperkejakan 14 karyawan dan memasok tahu ke dalam Kota Solo.

Namun tak bisa dipungkiri, kenaikan itu cukup meresahkan perajin seperti dirinya. Terlebih, ia sangat bergantung dengan penggunaan kedelai impor.

"Ya yang rasain semuanya wong seluruh Indonesia. (tetapi) Operasional sama saja, enggak terlalu, kecuali kalau luar kota kena biaya. Ini cuma lokal wilayah Solo kayak Pasar Sangkrah, Pasar Legi, Nusukan," terang Hendro.

"Kalau kedelainya kan masih tetap pakai impor Amerika, kalau lokal belum bisa jamin, pakai impor terus," bebernya.

Sementara itu, perajin tahu lain di Mojosongo, Jebres, Solo, Anang Frans mengakui memperkecil ukuran tahun untuk menyiasati kenaikan harga kedelai. Menurutnya, hal itu tak mengurangi kualitas tahu produksinya.

"Kalau aku memperkecil ya. Dari sisi kualitas gak ada pengurangan komposisi," ujarnya.

Ia menuturkan, jika kenaikan terus berlangsung bukan tak mungkin, produksi rumahannya akan mengurangi kualitas tahu. Atau opsi lain pihaknya akan menaikan harga. Sejauh ini ia menjual tahu di harga Rp30 ribu per papan.

"Tapi ke depan kalau kedelai menginjak Rp13 ribu, wis ra duwe bathi neh (sudah tidak ada untung lagi-red) dan kalau nggak naik ya nanti kualitas dikurangi," tuturnya.

"Kalau kira-kira kedelai sudah sampai Rp13 ribu/kg bisa enggak bisa, mau enggak mau saya menaikkan harga," tambahnya.

Ia menuturkan, kenaikan kedelai terjadi secara bertahap beberapa pekan terakhir. Anang mengaku khawatir dengan harga kedelai yang nyaris menyentuh Rp13 ribu /kg saat ini.

Terlebih, pada tahun lalu harga bahan kedelai di pasaran terbilang normal dibandingkan tahun ini yang kerap melambung di atas Rp10 ribu /kg.

"Tahun kemarin masih agak santai harga pasar pada umumnya. Setelah harga kedelai di atas Rp10 ribu dikurangi takaran," jelasnya. (dks)

(zend)