Pend & Budaya

Mengenal Computational Thinking, Salah Satu Skill yang Diperlukan di Abad 21

Pend & Budaya

3 Oktober 2022 19:11 WIB

Ilustrasi (Sumber: Pixabay/kaboompics)

Solotrust.com - Jaman berubah, skill yang dibutuhkan untuk bertahan pun juga berubah. Setiap jaman tentu membutuhkan skill tertentu untuk dipelajari, supaya masyarakatnya mampu bertahan.

Dr Sri Nurdiati, Dosen IPB University dari Departemen Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) mengatakan, riset menyimpulkan bahwa manusia membutuhkan skill untuk hidup di abad 21 yakni 4C.



Skill ini adalah memiliki keterampilan berpikir kreatif (creative thinking), berpikir kritis dan pemecahan masalah (critical thinking and problem solving), berkomunikasi (communication) dan berkolaborasi (collaboration), untuk mampu bertahan di tengah ketidakpastian jaman.

Namun skill ini dianggap kurang, dia mengatakan computational thinking seharusnya ditambahkan sehingga skill abad 21 menjadi 5C.

"Dengan skill ini, manusia dapat menyelesaikan masalah lebih sistematis dan terukur," katanya dalam Bincang PAGI (Pakar Berbagi) berjudul "Computational Thinking: Metode Penyelesaian Masalah yang Praktis" yang dipersembahkan oleh Asus Education, sebagaimana dikabarkan IPB dalam laman resminya.

Computional thinking memiliki arti proses berpikir dalam memformulasikan masalah. Solusinya dapat direpresentasikan sebagai langkah-langkah komputasional dan algoritma baik secara manual maupun dengan bantuan komputer.

"Contoh sederhananya adalah dalam pengelolaan uang belanja rumah tangga agar penggunaannya lebih optimal. Maupun pembagian tugas dalam kepanitiaan agar penyelenggaraan acara dapat berjalan dengan sukses dan lancar," ujarnya.

Menurutnya, paling tidak ada empat teknik yang menjadi komponen penting dalam computational thinking.

Pertama proses dekomposisi atau pemecahan masalah ke sub masalah yang lebih kecil sehingga lebih mudah dikelola.

Kedua, identifikasi pola-pola yang sama. Ketiga proses abstraksi, memfokuskan pada informasi yang lebih penting.

Keempat adalah membuat algoritma atau pembuatan langkah-langkah penyelesaian masalah.

"Formulasikan masalah ke dalam bentuk yang lebih mungkin diselesaikan secara manual maupun dengan komputer. Organisasi dan analisis data secara logis. Representasikan data melalui proses abstraksi misalnya dengan pembentukan model dan simulasi. Lalu otomatisasi solusi melaui proses berpikir algoritmik," jelasnya.

Kemudian identifikasi, analisis dan implementasi berbagai solusi agar memperoleh kombinasi langkah-langkah yang efektif dan efisien, tambahnya.

Terakhir generalisasi dan transfer proses penyelesaian masalah untuk dapat digunakan pada masalah yang lebih luas dan variatif.

"Seorang computational thinkers harus percaya diri untuk mampu menyelesaikan masalah yang kompleks, gigih dan tidak mudah menyerah bila dihadapkan dengan permasalahan kompleks," katanya.

"Mereka lebih toleran pada hal-hal yang bersifat ambigu, berkemampuan menangani masalah yang open-ended serta berkemampuan untuk berkomunikasi dan bekerja dengan orang lain," lanjut Dr Sri Nurdiati. (Lin)

(wd)