Hard News

From Solo with Love, Suporter Persis Geruduk Jogja Bawa Perdamaian

Jateng & DIY

5 Oktober 2022 09:46 WIB

Pemberangkatan ratusan suporter Persis Solo dari Plaza Manahan untuk memenuhi undangan suporter PSIM Jogja Brajamusti dan Maident, Selasa (4/10) sore. (Foto: Dok. Solotrust.com/dks)

SOLO, solotrust.com - Hari Selasa (4/10) menjadi sejarah yang akan diingat ribuan pendukung Persis Solo dan PSIM Jogja. Bak mimpi menjadi nyata, mereka bertemu tidak membawa tensi panas api permusuhan, melainkan dengan cinta dan perdamaian. Suporter Persis mengeruduk Kota Pelajar untuk memenuhi undangan suporter Jogja.

Mereka yang menjadi pelaku sejarah, berangkat dari berbagai titik. Salah satunya dari Plaza Manahan, Jalan Adi Sucipto, Selasa (4/10) yang menjadi pijakan ratusan pendukung Persis dan dilepas langsung oleh Kepolisian Resor Kota (Polresta) Solo.



Di bawah langit yang mendung, ratusan massa pendukung Persis, sore itu, akan tiba bersama rombongan lain ke Stadion Mandala Krida, Yogyakarta, untuk doa bersama aksi solidaritas Tragedi Kanjuruhan, yang menewaskan ratusan nyawa melayang, setelah laga Derbi Jawa Timur (Jatim) Arema FC melawan Persebaya Surabaya.

Mereka bertemu Brajamusti dan Maident, kubu suporter yang selama ini kerap dianggap rival yang sebelumnya seolah haram untuk dijamah. Tetapi, semua ego itu luntur demi semangat perdamaian yang kini mulai tertanam dalam tajuk Mataram is Love.

Salah satu pentolan kelompok pendukung Persis sekaligus Presiden Pasoepati, Maryadi Gondrong, menyebut tak mudah menaman benih perdamaian di antara kedua pihak yang kerap berkonflik. Tetapi, baginya bukan tak mungkin hal itu terjadi dan terus tumbuh menjadi pohon perdamaian yang melahirkan buah persaudaraan.

Ia menyontohkan perdamaian antara Pasoepati dengan suporter Persebaya Surabaya Bonek Januari 2011 silam di Kota Bengawan. Kala itu, muncul pro dan kontra di kalangan arus bawah. Namun perlahan, perdamaian itu benar-benar tumbuh besar dan nyata oleh waktu.

"Pada saat perdamaian dengan Bonek seperti itu pro dan kontra tetapi lambat laun akhirnya perdamaian dengan Bonek juga terjalin baik, akar rumput juga sudah menyadari. Kita harapkan begitu pula nanti perdamaian ini antara Persisfans maupun Brajamusti," terang Maryadi, Selasa (4/10) sebelum keberangkatan dari Plaza Manahan.

Diakuinya, perdamaian itu membutuhkan waktu agar benar-benar terjalin nyata, bukan sekadar perayaan simbolis saja.

"Satu tahun dua tahun baru semuanya (berdamai) kalau sama Bonek," ungkapnya.

Ia meyakini, perdamaian dengan Brajamusti dan Maident akan berjalan demikian. Maryadi menuturkan, butuh sekiranya 1 tahun agar pohon perdamaian itu diilhami semua pihak. Terlebih, perseteruan suporter Solo dan Jogja sudah tertanam 20 tahunan.

Ardian Nur Rizki dalam 'Pustaka Sepak Bola Surakarta' menyebut, permusuhan suporter Solo dan Jogja berawal dari Tragedi Kandang Menjangan 1998 silam usai Arseto Solo vs PSIM, serta Tragedi Mandala Krida 200 lalu pasca laga PSIM vs Pelita Solo.

Bagi Maryadi, Tragedi Kanjuruhan 1 Oktober 2022 menjadi dinding refleksi suporter untuk saling mengakhiri permusuhan.

"Ini moment ini sebagai awal bahwa Solo dan Yogyakarta itu bisa bersatu," tukas Maryadi.

Keyakinan perdamaian suporter Solo-Jogja memang tak muncul tiba-tiba. Sehari sebelumnya, Senin (3/10) kedua kubu ini sempat bertemu di Klaten dalam acara solidaritas yang digelar suporter Kota Seribu Candi.

Pentolan sekaligus dirigen tribun Mboeri Gawang Kidoel (Mboergadoel) Pasoepati, Agus Warsoep menuturkan, malam itu, beberapa suporter Solo-Jogja bertemu dan memulai perdamaian di Klaten. Bak gayung bersambut, aksi itu kini diikuti massa aksi yang lebih besar.

"Di situ makanya kita ngumpul bareng, ngobrol bareng jadi awal permulaan, sebelumnya dari pagi juga sudah mulai ramai di Sosmed, Mataram is Love," ujarnya.

Selain menjadi momentum pertemuan rekonsiliasi kedua suporter, malam di Mandala Krida, menurut Agus, juga menjadi komitmen para suporter dalam mengawal kasus Tragedi Kanjuruhan Malang.

Ia berharap, dari Tragedi Malang, pertemuan suporter Solo-Jogja di Klaten, serta pertemuan di Mandala Krida akan menjadi secercah harapan yang terus terang di masa mendatang.

"Saya salah satu yang pengin banget kita damai, kita juga wis kesel (sudah capek-red) dengan kondisi seperti ini, harapan kita teman-teman suporter bisa bersatu, sepak bola Indonesia jadi lebih baik lagi lah. Dan pastinya tidak hanya bersatu, tetapi juga support teman-teman yang ada di Malang, dan tetap kawal usut tuntas Tragedi Kanjuruhan," paparnya.

Sementara itu, kepolisian berkomitmen mengawal perdamaian suporter itu. Wakil Kepala Polresta (Wakapolresta) Solo AKBP Gatot Yulianto menegaskan pihaknya melakukan pengawalan penuh dari Solo dan berkoordinasi dengan kepolisian daerah lain, sepanjang jalan menuju Jogja.

"Dari Samapta gabungan dari Brimob dan Satlantas mengawal secara estafet dari Stadion Manahan kemudian sampai ke perbatasan kota dan kita sudah berkoordinasi dengan para Kapolres jajaran Soloraya yang dilewati untuk melakukan pengamanan atau pengawalan secara estafet sampai menuju ke Yogyakarta," paparnya.

Pengawalan dilakukan demi mewujudkan perdamaian dan ketertiban di kedua kota kembar itu. Momentum Kanjuruhan menjadi awal untuk memulai langkah itu.

"Para suporter Persis Solo dan PSIM Yogyakarta kan ada image yang kurang bagus mereka saling berkonflik, nah saat inilah momen baik bagi mereka mereka saling mengundang saling bersama-sama membacakan doa untuk para korban yang telah meninggal dunia pada saat kejadian di Stadion Malang Kanjuruhan," tukasnya. (dks)

(zend)