SOLO, solotrust.com - Jenang alot menjadi salah satu jajanan khas yang kerap ditemukan di Sekaten Keraton Solo saban tahunnya. Jajanan ini biasanya ditemukan usai pengeluaran gamelan sekaten 5 Rabiul Awal hingga puncaknya 12 Rabiul Awal bersmaaan dengan Maulid Nabi Muhammad SAW. Atau pada tahun ini, perayaan itu jatuh pada 1 Oktober hingga 8 Oktober 2022.
Seperti yang terlihat siang itu, Selasa (4/10), di pelataran Masjid Agung Solo. Nampak berjejer para pedagang menjajakan jajanan jenang. Tangan-tangan mereka nampak lincah mencetak jajanan alot berbahan dasar beras ketan itu dalam bentuk persegi untuk ditawarkan ke pengunjung.
Mayoritas dari mereka merupakan penjaja lawas yang sudah puluhan tahun berjualan di Sekaten. Salah satunya, Surati (65) warga asal Magelang yang mengaku sudah 30 tahun berjualan di Sekaten Solo saban tahunnya. Surati meneruskan tradisi di keluarganya.
"Dari Mbah Mbah saya dulu jualannya ya kayak gini, terus saya ya turunan dari bapak dari embah," katanya, Selasa (4/10) siang.
Dalam sekali jualan, ia membawa 5 masakan jenang alot dari Magelang ke Kota Bengawan. Satu jenang dibuat dari 2 kuintal beras ketan dan diproses sehari semalam menggunakan api dari kayu bakar. Ia menuturkan, sekali pembuatan itu membutuhkan 2 tenaga orang dewasa.
"Pembuatannya 1 hari 1 malam satu masakan, setiap masakan 2 kuintal masaknya pakai kayu, biasanya dibantu 2 orang, sif-sif-an satu hari satu malam baru malam," tuturnya.
Ia mengatakan, jenang Sekaten memiliki perbedaan dibandingkan jenang serupa yang biasanya ditemui dalam hajatan Jawa. Perbedaan itu terletak pada potongan kelapa muda yang dimasukan ke dalam jenang.
Surati menyebut, jenang ini biasanya dimakan di Sekaten bersamaan dengan kinang.
"Kalau ini kan ada kelapanya, kalau di tempat orang punya hajat enggak ada kelapanya, ini dipotong-potong saja kelapa mudanya. Iya, ceritanya kalau abis nonton gamelan belinya jenang sama kinang," ungkapnya.
Surati mengungkapkan, selama berjualan 30 tahun, kini mayoritas pembelinya didominasi pengunjung-pengunjung lawas. Perlahan, diakuinya, terjadi penurunan pembeli lambat laun oleh zaman. Kendati ia tak menampik masih ada pembeli muda yang tertarik untuk membeli jajanan lawasnya.
"Ya kayaknya gimana ya orangnya pada susah beli, makin sedikit. Kebanyakan orang tua yang beli, anak muda juga ada," tuturnya.
Sementara itu, salah satu pembeli, Khalim (22) warga asal Salatiga mengaku, tertarik mencoba jajanan lawas itu lantaran mendapat cerita dari temannya yang merupakan warga asli Solo. Disebutkan, jajanan ini merupakan jajanan lawas yang ditemui usai perayaan Sekaten dimulai hingga puncak grebeg nanti.
"Ya tertarik ini gara-gara teman asli Solo merekomendasikan ini, ya, katanya khas Sekaten kan, terus ini uniknya ternyata ada kelapanya," ucapnya.
Ia mengaku baru pertama kali mencicipi jenang khas Sekaten. Baginya, kendati jenang demikian kerap ditemukan, namun potongan kelapa muda menambah keuinkan rasa.
"Rasanya, ya agak unik sih, soalnya kan ini ada kelapanya," tuturnya. (dks)
(zend)