SOLO, solotrust.com - Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Solo menyiapkan sebanyak 11 pompa air untuk mengantisipasi potensi genangan selama musim penghujan. Pompa itu dikonsentrasikan di sejumlah titik seperti: Pucangsawit, Gilingan, Kedunglumbu, Kedungkopi, Kedungbelang, Tipes, Kleco, Gandekan, Demanggan, hingga Joyotakan.
Kepala Bidang Sumber Daya Air (Kabid SDA) DPUPR Solo Luluk Supriyanto mengatakan pengoptimalan pompa itu menyesuaikan dengan tingginya debit air dari Demanggan. Hal itu berdasarkan pemantauan tim yang berjaga di pintu air tersebut.
"Kalau di Solo hujan konsentrasinya di pintu air Demanggan, semua aliran di Solo aliranya ke sana, mulai dari Kali Pepe, Jenes, di sana kan ada yang standby (berjaga), nanti dipantau terus debitnya, sekitar berapa kita harus siap," paparnya ditemui Solotrust.com, Rabu (12/10) siang.
Ia menyebut, pompa itu siap digunakan saat dibutuhkan. Namun, hal itu juga menyesuaikan genangan yang kemungkinan terjadi di luar Solo.
"Kita pompa selalu ready, tetapi tidak lokal Solo saja," terangnya.
Sementara, selain menyiapkan pompa, DPUPR Solo juga sedang mendata titik rawan banjir. Hingga saat ini, terdapat 42 kelurahan dari 5 kecamatan di Solo yang menjadi titik rawan banjir. Data itu merupakan data sementara yang akan difinalisasi dalam waktu dekat.
Dari data DPUPR Solo yang diperoleh Solotrust.com, Kecamatan Banjarsari menjadi wilayah dengan titik rawan banjir terluas dengan 953,6 meter persegi.
"Titik vital berpotensi itu sebenanrya kita masih mengadakan pendataan, mengandeng konsultan, masih tahap akhir finalisasi, pendataan genangan, itu nanti sebagai acuan kami sebagai tindak lanjut kesiapsiagaan untuk penangganan banjir," tuturnya.
"Itu pun kami data-data itu berdasarkan survei kami juga, kami juga mengundang lima kecamatan dan kelurahan untuk memberi masukan," tambahnya.
Demikian, ia menyebut beberapa titik seperti di sekitaran Kali Jenes, Kali Pepe, dan Viaduct Gilingan menjadi titik langganan genangan tiap tahunnya.
"Sekitar aliran Kali Jenes dan Kali Pepe yang Sangkrah dan Gandekan, dan Viaduct Gilingan, itu sering," ungkapnya.
Selain itu, pihaknya kini disibukan dengan pembersihan sedimentasi alias endapan di sejumlah drainase di dalam kota. Luluk mengungkapkan, terdapat 4 tim yang bekerja setiap harinya untuk membersihkan titik-titik itu.
Ia juga meminta masyarakat untuk berperan dalam menjaga saluran agar dapat mengantisipasi risiko banjir. Terlebih, menurutnya masih banyak masyarakat yang abai dengan pentingnya saluran selama musim penghujan.
"Memang kenyataannya banyak saluran yang tertutup, kalau membersihkan sedimen itu tidak harus mengandalkan dinas warga pun sebenarnya bisa," ucapnya. (dks)
(zend)