Pend & Budaya

Lestarikan Budaya Jawa, Museum Radya Pustaka Gelar Wilujengan Wuku Julungpujud

Pend & Budaya

31 Agustus 2023 10:01 WIB

Museum Radya Pustaka menggelar wilujengan wuku julungpujud dan agenda membedah isi Serat Centhini dengan mengangkat tema Lampahipun Raden Jayengresmi, Senin (28/08/2023). (Foto: Dok. solotrust.com/Natasya)

SOLO, solotrust.com – Museum Radya Pustaka menggelar wilujengan wuku julungpujud dan agenda membedah isi Serat Centhini dengan mengangkat tema Lampahipun Raden Jayengresmi. 
 
Kegiatan ini bertujuan melestarikan budaya Jawa serta mengenalkan Museum Radya Pustaka kepada masyarakat umum,  terutama generasi muda. 
 
Acara ini diselenggarakan di Museum Radya Pustaka, Senin (28/08/2023) pukul 15.30 hingga 17.30 WIB dan akan dilaksanakan setiap sebulan sekali dengan wuku berbeda.
 
Wilujengan wuku merupakan ritual untuk mengharap keselamatan dengan memanjatkan doa kepada Tuhan yang Maha Kuasa, disertai penguatan sesaji yang nantinya disedekahkan kepada banyak orang. 
 
Sedekah berupa nasi tumpeng, beras senilai zakat fitrah, lauk ayam merah, sembilan warna sayuran, pisang becici satu tundung, dan ares-aresan.
 
Wuku julungpujud sendiri merupakan wuku ke-15 dari sistem wuku atau pawukon. Pujud menurut primbon Jawa sesuai dengan penggambaran watak Batara Guritna, yakni dewa yang menaungi wuku julungpujud. Memiliki simbol pohon rembuyut, simbol burung pipit, kodam berwatak baik, penampilannya mandri, serta baik ucapannya. 
 
Acara berlangsung sederhana ini dipimpin Ketua dan Pambudaya Lestari Solo, Ki Mujiarso. Di tengah acara, ia menyampaikan tentang pentingnya melestarikan budaya Jawa. 
 
“Adik-adik mahasiswa yang tidak tahu wukunya apa, saya aturi untuk sering datang ke Radya Pustaka. Mempelajari kejawen karena bagaimana pun juga kita dilahirkan oleh Tuhan itu kita sebagai orang Jawa dan kita harus menghormati wuku kita,” tuturnya.
 
Adapun acara selanjutnya, yakni bedah Serat Centhini disampaikan dalam bentuk macapatan bersama Sanggar Seni Wiratama Surakarta.
 
Serat Centhini atau juga disebut Suluk Tambanglaras merupakan salah satu karya sastra terbesar dalam kesusastraan Jawa Baru. Serat Centhini menghimpun segala macam ilmu pengetahuan dan kebudayaan Jawa supaya tidak punah dan tetap terlestarikan sepanjang waktu. 
 
Serat Centhini disusun berdasarkan kisah perjalanan putra-putri Sunan Giri. Jayengresmi bersama dua santri bernama Gathak dan Gathuk melakukan perjalanan spiritual ke sekitar keraton Majapahit, Blitar, Gamprang, hutan Lodhaya, Tuban, Bojonegoro, hutan Bagor, Gambirlaya, Gunung Padham, Desa Dhandher, Kasanga, Sela, Gubug Merapi, Gunung Prawata, Demak, Gunung Muria, Pekalongan, Gunung Panegaran, Gunung Mandhalawangi, Tanah Pasundan, Bogor, bekas Keraton Pajajaran, Gunung Salak, dan kemudian tiba di Karang.
 
*) Reporter: Natasya Assyahra/Raudlatul Jannah

(and_)