Hard News

HUT Kota Yogyakarta, Dinas Kebudayaan Gelar Pagelaran Wayang Kolaborasi

Jateng & DIY

6 Oktober 2023 10:43 WIB

Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Kota Yogyakarta menggelar Pagelaran Wayang Kolaborasi di Plaza Serangan Umum 1 Maret, Yogyakarta, Rabu (04/10/2023). (Foto: Dok. Istimewa)

YOGYAKARTA, solotrust.com – Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Kota Yogyakarta menggelar Pagelaran Wayang Kolaborasi di Plaza Serangan Umum 1 Maret, Yogyakarta, Rabu (04/10/2023).

Kepala Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta, Yetti Martanti mengatakan, Pagelaran Wayang Kolaborasi mengambil tema “SAWEGA” mengandung arti siap menjalankan tugas ini selaras dengan tema Hari Ulang Tahun (HUT) ke-267 Kota Yogyakarta, yakni “Tatag-Teteg-Tutug”.



Tatagdiartikan membangun mentalitas seseorang yang bagus dan menjadi bekal untuk menjalani tantangan. Teteg berarti membentuk ketahanan dan konsisten ketika mendapatkan respons, kritik maupun halangan dari luar agar tetap teguh. Sementara Tutug berarti tuntas dalam menjalankan tanggung jawab.

Berbeda dengan gelaran wayang umumnya, pagelaran wayang kali ini dibawakan lima dalang anak telah menorehkan berbagai prestasi. Dalang anak yang tampil merupakan hasil pembinaan dari kegiatan “Pelatihan Dalang Anak dan Remaja”, kerja sama antara Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Kota Yogyakarta dengan Persatuan Pedalangan Indonesia (PEPADI) Kota Yogyakarta.

Mereka terdiri atas Adimas Alby Ersani Widyaputra, Ivo Lanta Sang Kesawa, dan Alfariel Augusto Wijonarko untuk penampilan wayang kulit. Sementara wayang golek dibawakan Rafael Satriyo Adi dan Keefe Juris. Kelima dalang anak ini telah menorehkan banyak prestasi, baik di tingkat DIY maupun nasional.

Pj Wali Kota Yogyakarta, Singgih Raharjo mengapresiasi dan mengucapkan terima kasih kepada para dalang cilik sudah mencintai seni pewayangan. Ia berharap dengan melibatkan anak-anak pada pagelaran wayang kolaborasi tahun ini dapat menjadi inspirasi untuk merawat budaya di negeri sendiri.

“Tidak sebatas menghidupkan setiap tokoh, tapi saya berharap juga anak-anakku sekalian juga belajar mengenai nilai-nilai adiluhung terkandung di setiap lakon cerita wayang. Hal ini perlu terus dilestarikan, sehingga generasi mendatang banyak menghadirkan seniman pedalang dari Kota Yogyakarta menuju dunia." ujarnya.

Pemilihan Gathotkaca Winisuda sebagai lakon pada pagelaran wayang kolaborasi tahun ini tidak lepas dari kisahnya menjunjung tinggi nilai-nilai kebajikan dan berpijak pada satu tujuan, yakni ambrasta durangkara atau membasmi perbuatan jahat dan angkara murka untuk menegakkan kebenaran. Pada tiap bagian cerita menggambarkan ksatria berupaya membela kebenaran melalui berbagai rintangan tak mudah ditundukkan.

Dikisahkan dalam cerita tentang suksesi Negeri Pringgodani sepeninggal Prabu Arimba. Ambisi Prabu Duryudana dari Astina untuk menyatukan negaranya dengan Pringgodani, digagalkan dengan pengangkatan Gathotkaca menjadi raja.

Rombongan Kurawa tak terima dengan pengangkatan itu membuat kekacuan dengan menimbulkan peperangan. Namun dapat dilerai Batara Narada dan pasukan Kurawa lainnya berhasil diatasi Pandawa. Diwisudanya Gathotkaca sebagai raja Pringgodani telah memulihkan kembali keadaan kerajaan damai seperti semula.

Hal menarik lainnya dari Pagelaran Wayang Kolaborasi dipimpin Fani Rickyansyah ini adalah adanya pertunjukan ikonik flashmob wayang dibawakan seratus dalang anak wayang kulit dari berbagai sanggar yang ada di Kota Yogyakarta. Acara semakin semarak dengan kolaborasi dari pengerawit dan penari Langen Carita Kota Yogyakarta yang pada tahun ini mendapatkan juara satu tingkat DIY.

Penyelenggaraan Pagelaran Wayang Kolaborasi melibatkan anak-anak menjadi salah satu bentuk pembinaan kebudayaan dilakukan pemerintah Kota Yogyakarta. Kegiatan regenerasi seperti ini akan terus pemerintah dukung dan fasilitasi supaya warisan budaya yang menjadi bagian dari jati diri masyarakat Kota Yogyakarta tidak hilang termakan waktu.

Besar harapan pemerintah dengan terselenggaranya Pergelaran Wayang Kolaborasi dapat menarik minat generasi saat ini untuk belajar mengenai seni pewayangan yang mengandung bahasa lakon, pesan sosial,serta ajaran wayang dengan nilai-nilai adiluhungnya.

"Melalui pewayangan ini kita tidak perlu khawatir masa mendatang pasti budaya akan terus terjaga dengan baik. Keistimewaan Kota Yogyakarta terus dilestarikan dan dikembangkan sehingga budaya yang ada di Yogyakarta terus lestari," jelas Singgih Raharjo.

(and_)