Hard News

Parade Teater Linimasa #6, Panggung Seni Pertunjukan untuk Meramu

Jateng & DIY

20 Oktober 2023 10:13 WIB

Parade Teater Linimasa ke-6 di Taman Budaya Yogyakarta, Kamis (19/10/2023) malam. (Foto: Dok. solotrust.com/Alan Dwi Arianto)

YOGYAKARTA, solotrust.com – Parade Teater Linimasa ke-6 berlangsung pada 18 hingga 20 Oktober 2023 di Taman Budaya Yogyakarta. Acara mengusung tema “Meramu” yang berarti berdialektika dalam membaca fenomena ini diisi oleh enam kelompok hasil kurasi selama setahun.

Parade Teater Linimasa sudah digagas sejak 2019 hingga saat ini. Pada tahun awal berjalannya parade masih diisi enam kelompok, namun seiring berjalannya waktu,  pihak koordinator dan panitia memutuskan untuk membuat enam kelompok teater yang akan ditampilkan.



Koordinator Parade Liminasa #6, Sepriana Dinda, mengatakan pihaknya mengambil tema ‘Meramu’ yang berkaitan dengan fenomena tentang pangan sehingga masih berkesinggungan dengan Festival Kesenian Yogyakarta (FKY).

"Taman Budaya Yogyakarta ini di bawah UPT Dinas Kebudayaan, jadi kami istilahnya meneruskan dari tema FKY tersebut,” sambungnya.

Sepriana Dinda juga menjelaskan, proses dilalui berlangsung cukup lama, yakni satu tahun dengan melakukan open proposal dan mengisi Google form. Tahun ini terdaftar 38 kelompok, kemudian dikurasi menjadi enam kelompok berdasarkan konsep, asas pemerataan (yang sudah mengikuti di tahun sebelumnya tidak diikutsertakan kembali), jejak karya, dan beberapa pertimbangan lain menjadi aspek penilaian.

“Adapun untuk mentemakan sendiri kami baru melakukan tahun ini, tadinya kami mengambil tema dari konsep para kelompok yang tampil di Linimasa. Pada tahun ini kami mencoba mengelompokkan untuk menentukan tema dan jadilah meramu,” tambahnya.

Acara ini juga menarik minat masyarakat untuk ikut beroartisipasi melihat dan menyaksikan pertunjukan parade teater yang disajikan. Belum lagi tidak adanya biaya masuk membuat semakin menarik acara tersebut.

Berdasarkan penjelasan dari koordinator acara, animo masyarakat tahun ini cukup tinggi, bahkan kapasitas tempat duduk TBY berjumlah 500 hingga 600 kursi hampir terisi penuh.

Rama, salah satu mahasiswa Yogyakarta yang ikut menyaksikan pertunjukan mengaku awalnya penasaran dengan penampilan teater tersebut. Pasalnya di Taman Budaya Terdapat dua agenda bersamaan sehingga memungkinkan pengunjung lain bisa ikut bergabung ke agenda tersebut.

“Kalau agenda teater sih tahu dari temen, tapi kalau nonton perdana sih baru ini, nonton perdana banget,” ucap Rama.

Ia juga mengungkapkan, kali pertama menonton teater secara langsung merasa terhibur dengan pertunjukan disajikan. Banyak hal bisa dirinya dapatkan, seperti unsur komedi, politik, isu-isu sosial, maupun sejarah.

Adapun pengisi panggung parade Teater Linimasa #6, yakni Lokatraya Production dengan judul Karam di Darat karya Pebri Irawan; Sanggar Teater Muara Yogyakarta dengan judul Teater Wayang Cekakak Cerita ‘Ontran-Ontran Rangsang Cerita’ karya Khocil Birawa; Kelompok Tonil Cap Sarkem dengan judul Djamoe Tjap Tuan Nyonya karya Taufiqur Rohman; Institut Hidup dengan judul Kampung Jahe Sutradara Aik Vela dan Penulis Naskah Risda Nur Widia; Kelompok Sakatoya judul Aushada Sutradara Ahmad Abdushomad dan Penulis Naskah Gilang Alamsyah; dan yang terakhir Zizaluka Project dengan judul Rijsttafel-Ext.act karya Ihsan Kurniawan.

Salah satu yang membuat unik penampilan adalah semua kelompok bebas mengekspresikan bagaimana teater dapat berjalan khidmat dan menarik. Salah satunya seperti dilakukan Institut Hidup dengan judul Kampung Jahe. Mereka berinteraksi lansung dengan melakukan teater yang dekat dan dikelilingi penonton. Mereka mengizinkan penonton bisa maju dan mengelilingi pentas teater yang dilakukan.

Koordinator acara juga menyampaikan harapan ke depan terkait agenda yang akan dilaksanakan. Taman Budaya merupakan laboratorium untuk berkarya dan menuangkan semangat. Bukan hanya pada genre teater saja, melainkan apa pun itu.

Hal ini dikarenakan latar belakang kurator mengambil dari teater yang berarti gedung pertunjukan, bukan drama atau sesuatu memunculkan persoalan tertentu.

“Harapan kami ke depannya banyak ilmu atau kebaharuan lagi dari dunia teater yang bisa membuat masyarakat menjadi ilmu baru, pengetahuan baru, sehingga ketika mereka datang ke Linimasa ini menyadari bahwa ‘ohh, begini toh teater ini’,” pungkas Sepriana Dinda.

*) Penulis: Alan Dwi Arianto

*) Reporter: Alan Dwi Arianto/Aulia Rahman Ramadhani

(and_)