Entertainment

Memotret Fenomena Asal Viral Film Budi Pekerti: Angkat Kisah Cyber Bullying, Sabet 17 Piala Citra 2023

Musik & Film

4 November 2023 10:51 WIB

Salah satu adegan dalam Film Budi Pekerti garapan Wregas Bhanuteja. (Dok. Instagram/@filmbudipekerti)

Solotrust.com – Tayang perdana 2 November 2023, Film Budi Pekerti garapan Wregas Bhanuteja berhasil menyabet 17 nominasi Piala Citra 2023. Film yang tayang perdana di Toronto Film Festival ini juga masuk pada official selection SXSW Sydney 2023 Screen Festival.

Wregas Bhanuteja sebelumnya menggarap Film Penyalin Cahaya, membubuhkan behind story dari kebiasaan masyarakat yang kerap kali tergiring opini publik hanya dengan sebuah potongan video. Film Budi Pekerti menggandeng aktor dan aktris kebanggaan Tanah Air, seperti Angga Yunanda, Prilly Latuconsina, Sha Ine Febriyanti, dan Dwi Sasono.



Film Budi Pekerti digadang akan menjadi film pembuka pada Jakarta Film Week 2023 yang akan digelar secara online dan offline. Wregas Bhanuteja memang dikenal sebagai sutradara dengan genre film unik dan dekat dengan isu masyarakat.

Setelah Film Penyalin Cahaya mengangkat isu terkait kekerasan seksual pada 2021, saat ini ia mengangkat Budi Pekerti yang menggambarkan fenomena cyber bullying di media sosial.

Film ini cukup sinkron dan faktual atas fenomena yang terjadi akibat dampak negatif dari penggunaan teknologi informasi. Budi Pekerti mengangkat kisah tak jarang menjadi sebuah aksi yang sudah dinormalisasikan, yakni cyber bullying.

Dalam Budi Pekerti, Wregas Bhanuteja mengatakan dirinya ingin mencoba merefleksikan terkait penyikapan masyarakat terhadap cyber bullying.

"Di film ini kita mencoba merefleksikan apakah selama ini penyikapan terhadap keviralan itu adalah harus dikaji ulang dan didiskusikan ulang agar bisa membuat kehidupan yang lebih baik," ujar Wregas Bhanuteja, dikutip dari sebuah sumber.

Film ini berlatar belakang sebuah kisah di masa pandemi menimpa seorang guru bimbingan konseling bernama Prani. Ia menjadi guru sangat dijunjung para muridnya sebelum kasus itu menimpanya.

Prani tak hidup sendirian, ia tinggal bersama suaminya, Didit. Selai yang stres akibat pandemi. Prani memiliki dua anak, yakni Muklas seorang content creator dan Tita anggota band dan penjual baju trifthing.

Awal kehancuran kehidupannya bersama keluarga ketika suatu hari Prani membeli jajanan tradisional di pasar setempat. Lokasi yang ia datangi merupakan tempat sangat viral hingga mengharuskan memakai antrean dalam pembeliannya.

Sakingviralnya, seorang pembeli yang ingin didahulukan mencoba menitip nomor antrean ke pelanggan lainnya hingga Prani melihat kejadian itu dan menegurnya. Pria yang tak terima ditegur, balik marah ke Prani hingga adu mulut tak terhindarkan.

Saat cekcok terjadi rupanya ada seorang pelanggan lainnya merekam dan mem-posting video Prani marah-marah dengan framing ke penjual kue putu menjadi sangat viral. Atas kejadian itu, Prani pun jadi bulan-bulanan warganet dan dibully habis-habisan semua pihak di media sosial. Setelah viral, kehidupan Prani bersama keluarga menjadi berubah total, termasuk pekerjaanya sebagai guru BK terancam.

Film ini menjadi tontonan penyegar di Tanah Air yang jarang mengangkat isu sosial begitu relate dengan kehidupan masyarakat. Film ini merupakan karya sarat makna, bukan hanya mengangkat fenomena sosial saja, namun beberapa hal lain juga ditonjolkan secara tersirat.

Seperti halnya perlunya melakukan verifikasi informasi pada suatu unggahan atau postingan di media sosial agar tidak terjadi kesalahpahaman dan menimbulkan aksi bully di ranah publik.

Hal ini sangat berdampak negatif di mana sebuah media sosial saat ini bisa menjadi 'hewan buas' bagi siapa saja. Hanya menggunakan satu kali klik bisa mengubah kehidupan seseorang.

“Dengan sensitivitas dan sentuhan delicate, namun ‘menampar’ yang mungkin hanya bisa  dilakukan seorang @wregas, #BudiPekerti tajam memotret fenomena ‘asal viral’ sebagai dampak negative attention economy. Film  ini menampilkan yang biasanya tak terlihat: pahit dan pilu yang harus didera korban,” ungkap salah seorang pengguna media sosial, @ikanatassa

Banyak apresiasi diberikan warganet kepada sutradara dan semua cast crew bertugas. Sebuah film yang memanusiakan manusia (seluruh aktris dan aktor) dengan menempatkan semua cast pada porsinya. (Alan Dwi Arianto)

(and_)