Hard News

Solo dalam Bingkai Kartu Pos, Menjahit Ingatan pada Selembar Kartu Sejarah

Jateng & DIY

27 November 2023 10:13 WIB

Seorang pengunjung pameran temporer Solo Murakabi X Pen & Postcard tengah melihat koleksi kartu pos yang dipamerkan di Museum Radya Pustaka, Sabtu (25/11/2023). (Foto: Dok. solotrust.com/ Alan Dwi Arianto)

SOLO, solotrust.com – Komunitas Jejak Kartu Pos bersama Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Museum Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Solo menggelar pameran temporer Solo Murakabi X Pen & Postcard dengan tajuk ‘Solo dalam Bingkai Kartu Pos’. Acara ini digelar selama sepuluh hari, mulai 21 hingga 30 November 2023 di Museum Radya Pustaka.

Pengambilan tajuk tersebut juga mempunyai makna untuk menelisik Kota Solo berdasarkan sudut pandang berbeda dari setiap lembar yang terdistribusikan ke masyarakat (melalui postcard) yang dulunya pernah terkenal. Pameran ini juga dalam rangka penguatan pengelolaan dan promosi museum di Kota Solo.



Anggota Jejak Kartu Pos, Uul Jihadan, mengatakan melalui Solo Murakabi X Pen & Postcard, pihaknya ingin mengembalikan memori masyarakat seputar eksistensi kartu pos di masa lampau.

“Kami mencoba menjahit ingatan bahwa dulunya Solo ini pernah terdistribusikan melalui kartu pos ini, pada era Hindia Belanda sangatlah banyak sekali,” ungkapnya.

Uul Jihadan menambahkan melalui pameran ini masyarakat kembali diingatkan Solo pernah menjadi pusat berbagai kegiatan dan pos hadir pada 1960-an. Adanya kartu pos juga sebagai media perekam atas sudut-sudut Kota Solo pada masanya.

“Perekaman di sini adalah pertama penerbitan, itu kali pertama dilakukan oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1870-an. Namun, pada akhir mendekati abad ke-20 perusahaan partikelir atau perusahaan swasta mencoba untuk bisa meng-capture berbagai visual dari Kota Solo sehingga bisa terdistribusikan ke masyarakat,” imbuhnya

Kegiatan baru kali pertama digelar ini rencana akan terus dikembangkan ke beberapa kota di bawah naungan Jejak Kartu Pos. Tentunya banyak tantangan dialami komunitas pada praacara yang digelar, terutama saat pengumpulan postcard alias kartu pos.

Menurut Uul Jihadan, berdasarkan hasil pendataan diketahui di era lama dari 1890 hingga 1942 (era pemerintah Hindia Belanda) terdapat sekira seribu kartu pos tercetak dan terdistribusikan ke masyarakat.

"Kami mengambil atau menarik itu semua menjadi 400-an  data. Nah dari jumlah tersebut kemudian kami mengkurasi hingga mencapai angka lebih kurang seratusan lembar, itu baru era Hindia Belanda saja,” beber dia.

Kartu pos dapat bericara dulu, kini, dan masa depan sehingga kita jangan  sampai melupakan sejarah yang pernah ada. Uul Jihadan juga berharap pameran temporer Solo Murakabi X Pen & Postcard dapat menjadi satu benang merah untuk menjahit ingatan masyarakat akan sejarah postcard di masa lampau.

*) Reporter: Alan Dwi Arianto/Aulia Rahman Ramadhani/Alya Ganzar Roosmika

 *) Penulis: Alan Dwi Arianto

(and_)