SOLO, solotrust.com - Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM) Soelastri memiliki visi sebagai rumah sakit gigi dan mulut Islami dan berstandar pelayanan kelas dunia. Kendati terbilang sebagai perintis karena masih seumur jagung, namun terjadi peningkatan pasien setiap tahunnya.
Perjalanan RSGM Soelastri selama lima tahun ini dimulai dari perintisan dan operasional, pemenuhan suumber daya sesuai standar pelayanan kesehtan RS Kelas C, pengembangan jenis pelayanan sesuai kebutuhan masyarakat dan kekhususan pelayanan RSGM dan pelayanan pendukung, peningkatan mutu pelayanan RSGM dan jejaring pelayanan, hingga puncaknya di 2023 berhasil menjadi rumah sakit pendidikan dengan pelayanan berstandar internasional dan pusat rujukan pelayanan kesehatan gigi dan mulut.
RSGM Soelastri membuat rencana dari 2025 hingga 2029, salah satunya adalah sebagai center of excellent pendidikan kedokteran gigi spesialistik. Direktur Utama RSGM Soelastri, Ida Witiasati memberikan bocoran tentang salah satu rencana pelayanan unggulan untuk anak berkebutuhan khusus yang akan dimulai pada 2028.
“Di tahun ini (2028) akan dimulai pelayanan untuk anak disabilitas. Kalau kita lihat, anak-anak disabilitas masih minim sekali untuk tersentuh dalam pelayanan-pelayanan kesehatan atau mungkin pelayanan lainnya. Ini menjadi konsen kami untuk kita kembangkan,” jelasnya saat sesi jumpa pers di rumah sakit setempat, Jumat (19/01/2024), dengan agenda tasyakuran milad kelima tahun.
Ida Witiasati menambahkan, pelayanan unggulan ini terinspirasi dari Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Solo yang letaknya tepat di samping RSGM Soelastri.
“Saya sebagai tetangga masak tidak perhatian, akhirnya kami beberapa kali mengadakan kegiatan melibatkan anak-anak disabilitas untuk pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut dan sebagainya, memang banyak sekali yang belum tersentuh. Pelayanan untuk Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) itu sebenarnya sudah kami lakukan karena ada beberapa pasien bersama anak-anak ini yang berobat di RSGM Soelastri,” papar dia.
Ida Witiasati juga menjelaskan jenis pelayanan, standar prosedur tindakan yang akan dilakukan, serta pertimbangan untuk obat-obat anestesi, dan kemungkinan akan adanya ruangan khusus untuk pasien ABK.
“Terkadang ada anak disabilitas celebral palsy (kelumpuhan sebagian otak) sehingga memengaruhi anggota gerak tubuhnya. Ketika dia mempunyai masalah kesehatan gigi dan mulutnya, perlakuannya tidak sama dengan anak normal dan harus ditangani tim khusus spesialis anak, psikologi anak, dan gizi” tuturnya.
“Sebagian besar harus menggunakan bius total agar bisa dikontrol. Jadi untuk masalah gigi dan mulutnya akan menggunakan standar prosedur tindakan yang dilakukan gigi dan mulut, dan perlu memerhatikan kondisi umum si anak. Pertimbangan untuk obat-obatnya yang diberikan, terutama obat-obat anestesinya dan sebagainya. Itu nanti diperlukan ruangan khusus” tegas Ida Witiasati.
Kendati RSGM Soelastri telah menerima lisensi sebagai Rumah Sakit Pendidikan Utama untuk Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Muhammadiyah Surakarta, juga Sertifikat Akreditasi Rumah Sakit Paripurna, ternyata rumah sakit ini belum bekerja sama dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.
RSGM Soelastri telah mengajukan sebanyak tiga kali untuk bekerja sama dengan BPJS Kesehatan, namun tak kunjung terealisasi. Terkait itu, Direktur Pendidikan Umum dan Keuangan RSGM Soelastri, Indah Kurniawati, menyatakan pihaknya akan mengupayakan terus agar bisa bekerja sama dengan BPJS Kesehatan.
"Alasannya karena ini kebutuhan masyarakat yang kami bawa, dasarnya adalah kebutuhan masyarakat pengguna BPJS, tetapi kalau dari pihak terkait jawabannya seperti itu, bagaimana? Ada prosesnya untuk menjalin kerja sama, misalnya tim visitasi dan sebagainya," terang Indah Kurniawati.
"Kami juga sudah menghadap waktu itu dan dibantu juga oleh ketua asosiasi rumah sakit swasta memberikan keterangannya sendiri bahwa ada beberapa rumah sakit yang nasibnya juga sama seperti kami,” tutupnya.
*) Reporter: Sabrina Dwi Cahya/Giacinta Diva Nathania
(and_)