Hard News

Bayi Albino Tanzania, Kehidupan antara Rasa Malu dan Keindahan

Global

8 Februari 2024 22:06 WIB

Anak dengan kondisi albino di Tanzania. (Foto: morokouri.com)

Solotrust.com - Di Tanzania, kelahiran bayi albino membawa berkah sekaligus kutukan. Satu sisi mereka dianggap "malaikat" atau "anak bulan" karena penampilannya unik, sementara di lain sisi dilanda stigma dan diskriminasi yang berasal dari kepercayaan okultisme dan takhayul.

Albinisme adalah kelainan genetik menyebabkan tubuh gagal memproduksi cukup melanin. Sekadar informasi, melanin adalah pigmen pemberi warna pada kulit, rambut, dan mata.



Orang dengan albinisme memiliki kulit, rambut, dan mata lebih terang dibandingkan orang normal. Mereka juga lebih sensitif terhadap sinar matahari.

Albinisme adalah penyakit sangat langka di Tanzania. Sebanyak satu dari 14 ribu orang terkena dampaknya. Kejadian albinisme di Tanzania jauh lebih tinggi dibandingkan negara lain. Hal ini karena albinisme lebih umum terjadi pada orang tua yang memiliki hubungan kekerabatan.

Penderita albinisme di Tanzania sering menghadapi diskriminasi dan kekerasan. Mereka mungkin diejek, dihina, atau bahkan diserang.

Beberapa orang percaya penderita albinisme mendapat kutukan atau membawa sial. Akibatnya, penderita albinisme kerap dikucilkan masyarakat.

Bayi albino di Tanzania sangat rentan terhadap kanker kulit. Hal ini lantaran mereka memiliki lebih sedikit melanin yang melindungi kulit dari sinar matahari. Kanker kulit adalah jenis penyakit paling umum terjadi pada penderita albinisme.

Bayi albino di Tanzania juga berisiko tinggi mengalami gangguan penglihatan. Hal ini karena melanin pada mata mereka lebih sedikit.

Melanin membantu melindungi mata dari kerusakan akibat sinar matahari. Masalah penglihatan paling umum terjadi pada penderita albinisme adalah nistagmus, suatu kondisi menyebabkan mata bergerak tanpa disengaja.

Rasa malu dan kekerasan

Sayangnya, stigma dan takhayul sering kali berujung pada diskriminasi dan kekerasan terhadap bayi penderita albinisme. Mereka dihina, dikucilkan, bahkan dibunuh karena dianggap membawa kutukan atau sial. Bagian tubuh mereka diburu untuk digunakan dalam ritual perdukunan dan diyakini membawa keberuntungan.

Tantangan kesehatan

Bayi penderita albinisme di Tanzania juga menghadapi berbagai tantangan kesehatan. Kulit sensitif mereka rentan terkena kanker kulit akibat paparan sinar matahari. Mata mereka juga rentan terhadap masalah penglihatan seperti fotofobia dan nistagmus.

Berupaya menghilangkan stigma

Organisasi dan komunitas di Tanzania terus melawan stigma dan meningkatkan kesadaran tentang albinisme, meski menghadapi banyak tantangan. Mereka memberikan pendidikan, layanan medis dan dukungan sosial kepada bayi penderita albinisme dan keluarganya.

Kisah inspiratif

Banyak bayi penderita albinisme di Tanzania tumbuh menjadi individu luar biasa, menghilangkan stigma dan menginspirasi banyak orang. Mereka menjadi dokter, pengacara, seniman, dan aktivis yang memperjuangkan hak-hak penderita albinisme.

Masa depan lebih cerah

Upaya pendidikan dan advokasi terus dilakukan untuk menghadirkan masa depan lebih cerah bagi bayi penderita albinisme di Tanzania. Melalui pemahaman lebih baik dan perubahan paradigma, diharapkan mereka dapat lepas dari stigma dan diskriminasi serta mencapai potensi maksimalnya.

(Dominikus Jangguik)

(and_)