Ekonomi & Bisnis

Tahun Ajaran Baru 2025 Tingkatkan Perputaran Ekonomi di Pasar Buku Sriwedari Solo

Ekonomi & Bisnis

22 Juli 2025 16:25 WIB

Suasana di Pasar Buku Sriwedari Solo, Selasa (22/07/2025). Penjualan buku di pasar ini mulai mengalami peningkatan setiap masuk tahun ajaran baru. (Foto: Dok. solotrust.com/Eka Ririn Marantika)

SOLO, solotrust.com – Pasar Buku Sriwedari telah lama menjadi pusat penjualan buku di Kota Solo, baik buku bekas maupun baru. Pasar ini lebih terkenal dengan nama Bu Sri alias mBuri Sriwedari (belakang Sriwedari-red).

Sekira 76 kios aktif berjualan buku di pasar ini. Berbagai ragam buku ditawarkan, mulai dari buku pelajaran sekolah hingga kuliah, komik, novel, majalah, buku agama, buku sejarah, dan masih banyak lagi.



Penjualan di pasar ini mulai mengalami peningkatan setiap masuk tahun ajaran baru. Terhitung pada Selasa (22/07/2025), penjualan buku di Bu Sri meningkat hingga 20 persen. Hal ini dikarenakan wali murid banyak mencari buku pelajaran untuk anak tingkat Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA).

Salah satu penjual buku, Novi, mengatakan omzet penjualan buku di tahun ajaran baru 2025 bisa menyentuh Rp5 juta hingga Rp7 juta per bulan.

“Ya kalau ditanya omzet per bulan bisa sampai Rp5 juta sampai Rp7 juta di tahun ajaran baru ini. Beda kalau hari-hari biasa di luar tahun ajaran baru itu omzetnya nggak tentu, paling ya Rp200 ribu sampai Rp500 ribuan,” ungkapnya.


Ketua Paguyuban Toko Buku Sriwedari sekaligus penjual, Purwadi, mengaku meski penjualan mengalami peningkatan di tahun ajaran baru 2025, namun jika dibandingkan dengan omzet tahun sebelumnya justru mengalami penurunan.

“Saat ini ada kenaikan sedikit, tapi kecenderungannya tetep agak kurang bagus ya, dibanding dengan tahun-tahun yang lalu. Alhamdulillah untuk ajaran baru ini ada sedikit peningkatan, kalau dari hari biasa ya meningkat sekitar 20 sampai 25 persen, jauh dengan waktu dulu,” kata Purwadi saat berbincang dengan tim solotrust.com.

Menurutnya, penurunan tiap tahun ini lantaran dipengaruhi digitalisasi serta kurangnya perhatian Pemerintah Kota Solo.

“Sepi karena digitalisasi, pasar offline banyak tergerus sama online itu ya, terus juga kebijakan pemerintah, dukungan mereka tidak seperti dulu. Program-program pemerintah sekarang itu untuk buku minim, anggaran pendidikan juga sektornya dialihkan ke yang lain, bukan untuk buku,” keluh Purwadi.

*) Reporter: Eka Ririn Marantika/Salma Arezha/Siti Latifah

(and_)