SUKOHARJO, solotrust.com – Gigih Wiyono, seorang seniman rupa yang lahir pada 30 Agustus 1967 di Sukoharjo, telah menorehkan perjalanan inspiratif selama lebih dari tiga dekade berkarya di dunia seni rupa Indonesia.
Lulusan Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Surakarta pada 1995 dan Magister Pascasarjana Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta dengan predikat cumlaude pada 2008, Gigih Wiyono menjadi bukti nyata dedikasi dan kecintaan pada seni mampu menembus batas waktu dan perkembangan zaman.
Berdomisili di Padepokan Seni Djayabhinangun, Sukoharjo, Gigih Wiyono tak hanya aktif berkarya, namun juga dipercaya menjadi kurator di Taman Budaya Jawa Tengah, Solo. Ia rutin terlibat dalam berbagai kegiatan seni rupa dan menjadikan proses berkarya sebagai rutinitas harian yang tak terpisahkan dari hidupnya.
Dalam wawancara eksklusif dengan solotrust.com, Rabu (24/09/2025), Gigih Wiyono menyoroti perubahan signifikan dalam dunia seni, khususnya peran kampus sebagai tempat merujuk ilmu seni yang terpercaya di tengah menurunnya metode autodidak.

Ia juga memandang kehadiran teknologi, termasuk kecerdasan buatan (AI), bukan sebagai ancaman, melainkan alat bantu untuk mempercepat proses kreatif dan mewujudkan ide dengan lebih efektif.
Tema karya Gigih Wiyono beragam, namun banyak yang berfokus pada kemanusiaan, lingkungan, dan tradisi. Ia juga mengapresiasi pentingnya empati dan distansi dalam menghasilkan karya seni menyentuh dan bermakna, meskipun berasal dari kejadian yang tidak dialami secara langsung.
Gigih Wiyono berbagi pengalaman dalam pengerjaan karya yang memerlukan ketelitian dan waktu panjang. Contohnya, karya berukuran enam meter dipamerkan di Taman Budaya Jawa Tengah membutuhkan waktu pengerjaan hingga enam bulan.

Ia menjelaskan, meskipun tantangan ada, seperti ukuran besar dan kerumitan detail, hal itu justru menjadi peluang untuk memperkaya proses berkarya. Selama ini, karya Gigih Wiyino dipasarkan melalui kolektor pribadi dan galeri seni, termasuk galeri di Jakarta yang sudah menjadi mitra sejak 1997.
Namun, pasar terbesar justru datang dari luar negeri dengan kolektor aktif dari berbagai negara, terutama Prancis yang telah lama mengapresiasi karya-karyanya. Hal ini menjadikan Gigih Wiyono sebagai salah satu seniman Indonesia konsisten menembus pasar internasional.
Harga karya seni Gigih Wiyono bervariasi, mulai dari Rp1,5 juta untuk karya kecil hingga mencapai Rp500 juta untuk karya edisi khusus berukuran besar, mencerminkan nilai seni dan dedikasi di balik setiap lukisan.
Gigih Wiyono adalah contoh inspiratif bagaimana seni dapat berkembang dan bertahan dengan adaptasi, kreativitas, serta cinta yang tulus. Dengan semangat tak pernah padam, ia terus melukis, menginspirasi, dan menjaga warisan budaya seni rupa Indonesia.
*) Reporter: Nirmala Asnaliza/Meylina Nur Cahyatri/Rossalia Yolanda Putri
(and_)