SOLO, solotrust.com – Rumoh Geudong menjadi saksi sejarah kekejaman rezim orde baru. Di tempat itu, banyak korban meregang nyawa. Tidak hanya dari Gerakan Aceh Merdeka, warga sipil yang tidak bersalah pun turut menjadi korban.
Saat ini situs sejarah tersebut sudah hilang, hanya tersisa tangga rumah yang tidak ikut terbakar. Namun, kenangan akan kekejaman aparat kepada para korban tidak akan bisa hilang. Terus membekas dan tidak bisa dilupakan.
Itu lah sepenggal kisah yang dipentaskan oleh Teater Tesa dalam tajuk ‘Pentasintesa’. Bertempat di Sanggar Teater Tesa, pementasan digelar pada Jumat-Sabtu (11/12/5/2018).
Teater yang berasal dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret (UNS) itu, sengaja mengangkat lakon Rumoh Geudong karya Jarot Heru Prih Wibowo dan disutradarai oleh Roni Desi dengan pemain Angga, Hasan, Alien, dan Salam.
“Remoh Geudong merupakan salah satu kasus pelanggaran HAM yang tidak pernah terungkap. Banyak kasus pelanggaran HAM lain yang masih menjadi misteri. Mulai dari 'pembantaian 1965' hingga meninggalnya Munir,” tulisnya dalam keterangan resmi yang diterima solotrust.com.
Dengan setting yang hampir disesuaikan bentuk Rumah Geudong yang sesunguhnya, berhasil membangun keadaan dan suasana yang dimaksudkan kepada sekitar 200 penonton yang hadir.
“Pementasan teater menjadi salah satu media pengingat dan sekaligus pemantik bagi kita semua,” tulisnya.
(way)