SOLO, solotrust.com - Sedotan plastik memang tengah mendapatkan perhatian beberapa tahun terakhir ini karena pengaruhnya terhadap lingkungan. Bahkan, perusahaan besar seperti Starbucks dan MCDonald pun sudah menentukan kebijakan untuk meniadakan sedotan plastik sekali pakai atau tetap menggunakan sedotan namun terbuat dari bahan alternatif seperti kertas.
Di Amerika Serikat sendiri, diperkirakan ada lebih dari 500 juta sedotan plastik yang digunakan setiap harinya berdasarkan data dari Eco-Cycle, sebuah organisasi daur ulang nonprofit.
Meskipun sedotan plastik terbuat dari polypropylene yakni plastik yang bisa didaur ulang, namun sebagian besar pendaur ulang tidak akan menerimanya.
“Sedotan plastik cukup kecil dan ringan, jadi ketika mereka melalui penyortir mekanik, mereka sering hilang atau dialihkan,” kata Sam Athey, seorang peneliti polusi plastik dan anggota dari organisasi nonprofit bernama Plastic Ocean Project seperti dikutip dari New York Times (10/7/2018). Bermarkas di Wilmington, North Carolina, salah satu fokus dari organisasi tersebut adalah menyingkirkan plastik dari lautan.
Karena kecil dan ringan, sedotan plastik biasanya akan terlempar saja ke tempat sampah, berakhir di tempat pembuangan sampah dan mencemari lautan.
Perlu diketahui bahwa dibutuhkan sekitar 200 tahun bagi sedotan plastik polypropylene untuk rusak di bawah kondisi lingkungan normal. Selama waktu itu, plastik akan menjadi rapuh dan pecah menjadi potongan yang lebih kecil dan semakin kecil yang disebut mikroplastik. Mikroplastik inilah yang dikhawatirkan termakan oleh organisme dalam lautan.
Selain mempunyai sifat karsinogenik, mikroplastik berbentuk fragmen juga berbahaya karena merusak pencernaan. Partikel plastik yang berukuran sangat kecil ini berpotensi mencemari rantai makanan. Jika mikroplastik ini termakan oleh ikan dan ikan tersebut dimakan manusia, maka akan beresiko pula bagi kesehatah manusia itu sendiri. (Lin)
(way)