Pend & Budaya

Era Globalisasi, Mahasiswa Bakal Jarang Belajar di Kelas?

Pend & Budaya

27 Agustus 2018 09:17 WIB

Portal Spada UNS (spada.uns.ac.id)

SOLO, solotrust.com - Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta mulai mengembangkan metode perkuliahan daring atau secara online. Sehingga mahasiswa tak perlu lagi masuk kelas, karena bahan sudah tersedia di internet. Pertengahan bulan lalu Sistem Pembelajaran Daring (Spada) UNS telah diluncurkan.

"Kita sedang menuju ke sana, ke depan dosen bukan lagi satu-satunya sumber belajar, mahasiswa bisa melihat bahan ajar melalui internet di laman Spada, di sana sudah dicantumkan materi-materi mata kuliah," terang Rektor UNS, Ravik Karsidi belum lama ini.



Ravik menargetkan dua atau tiga tahun ke depan program itu dapat berjalan di UNS. Pihaknya terus mengembangkan proses pembelajaran itu secara bertahap.

Saat ini, sudah 137 mata kuliah atau sekitar 10 persen teregistrasi masuk dalam Spada dari jumlah keseluruhan sebanyak 1.300 mata kuliah.

"Jumlah mata kuliah yang masuk dalam Spada sekitar 137 mata kuliah dari total ribuan mata kuliah," kata dia.

Ravik menerangkan, bila UNS sudah lama menerapkan program serupa yang disebut blended learning, namun hanya terbatas akses mahasiswa dan dosen UNS saja.

Sedangkan, kata Ravik, berdasarkan kebutuhan masyarakat dan kebijakan Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristek Dikti), bahan kuliah harus bisa diakses perguruan tinggi lain. Lalu, blended learning tersebut dikembangkan menjadi Spada. Maka UNS siap bekerja sama dengan universitas-universitas lain yang mempunyai sistem pembelajaran serupa.

"Sudah sejak enam tahun lalu, UNS menerapkan sistem perkuliahan secara daring tapi hanya untuk melayani perkuliahan mahasiswa di internal UNS kita sebut blended learning. Sekarang tinggal kita alihkan ke Spada agar bisa diaskses dan digunakan mahasiswa dan dosen universitas lain,” terang dia.

Untuk merealisasikan target tersebut, Ravik meminta setiap dosen memasukkan minimal satu mata kuliah ke dalam sistem Spada setiap semester.

“Dosen boleh memasukkan lebih dari satu mata kuliah. Bila ini terlaksana, dalam kurun waktu 2,5 tahun semua mata kuliah sudah masuk daring, pokoknya Spada ini menjafi fasilitasi, memberikan kemudahaan mahasiswa dalam belajar,” ujar Ravik.

Lebih jauh, Ravik menyampaikan, saat ini di kampus UNS, mengembangkan sebuah wadah informasi bernama Learning Resource Center (LRC) atau pusat sumber belajar. Diharapkan LRC bisa menjadi rujukan belajar mahasiswa seluruh Indonesia.

"Untuk teknisnya seperti perpustakaan online, jadi UNS menjadi bagian dalam perkembangan pembelajaran secara daring," jelas Ravik.

Sementara itu, Penanggungjawab Spada UNS, Prof Dr Muh Nizam, menilai disrupsi inovasi kini sudah merambah dunia pendidikan. Informasi dan teknologi yang berkembang pesat harus diimbangi dengan perubahan pola pikir civitas akamedika.

"Spada UNS diciptakan untuk meningkatkan efektivitas dan meningkatkan akses pendidikan yang bermutu bagi mahasiswa. Sebab, dalam disrupsi inovasi sekarang laboratorium dan sumber belajar bisa di mana saja, sejalan dengan perkembangan informasi termasuk lewat internet yang begitu dinamis dan bergerak cepat sekali, jadi kita tidak tergerus perubahan itu," ucap dia. (adr)

(way)