Serba serbi

Produser Ungkap di Balik Layar Film Wiro Sableng

Musik & Film

3 September 2018 08:10 WIB

Sheia Timothy (kiri) bersama para pemain film Wiro Sableng dalam jumpa pers di The Park Solo Baru, Sukoharjo Minggu (2/9/2018)

SUKOHARJO, solotrust.com - Film Wiro Sableng Pendekar Maut Naga Geni 212 mulai tayang di bioskop 30 Agustus 2018. Para pemain dan crew menggelar meet and greet dan nonton bareng di The Park Mall, Solo Baru, Minggu (2/9/2018).

Dalam press conference, Sheila Timothy selaku produser membeberkan sejumlah proses di balik layar pembuatan film yang disutradarai oleh Angga Dwimas Sasongko tersebut.



"Film itu diangkat dari novel karya Alm. Bastian Tito yang terdiri dari 185 buku dalam rentang waktu 39 tahun dan menjadi Intelectual Property (IP) terlama dan terpanjang di lndonesia," beber Sheila Timothy kepada wartawan

Film Wiro Sableng mengusung genre Action Fantasy khas Indonesia. Film hasil co-production pertama 20th Century Fox di Asia Tenggara ini dihadirkan dengan tujuan untuk memuaskan para penggemar yang rindu akan sosok pendekar Kapak Maut Naga Geni 212.

Sheila menjelaskan, aksi yang dihadirkan di film ini dibuat menggunakan Pencak Silat hasil koreografi dari Yayan Ruhian, berpadu dengan Fantasi khas Nusantara dari Adrianto Sinaga selaku Production Designer.

Bagi Sheila, menyajikan film genre fantasi menjadi tantangan tersendiri bagi Lifelike Pictures. Dukungan Computer Generated Imagery (CGI) tentu dibutuhkan untuk menghasilkan Visual Effects (VFX) di beberapa bagian yang diperlukan guna menambah fantasi film ini.

"Untuk film ini, Lifelike Pictures membuat sebuah workflow yang berbeda dari biasanya dalam proses pengerjaan CGI. Lifelike Pictures melibatkan 93 VFX artis asli Indonesia yang terbagi dalam lebih dari 10 studio VFX. Selama masa pasca-produksi, seluruh VFX artist tersebut bekerja keras guna menghasilkan efek visual yang memanjakan mata," papar dia.

Adapun sejumlah properti yang dalam film berdurasi 123 menit tersebut di antaranya menggunakan sebanyak 300 kostum dan 150 senjata nusantara untuk setiap karakater yang ada, hasil kolaborasi Ardianto sinaga dengan Chris Lie dari Caravan Studio.

Anto merancang 300 kostum dan 150 senjata yang berbasis Nusantara untuk setiap karakter yang ada. Selain itu, film WIRO SABLENG juga menyajikan sederet elemen drama dan komedi yang turut mengisi 123 menit durasi film ini.

Lanjut Sheila, pengambilan gambar dilakukan selama rentan waktu 4 bulan di berbagai lokasi di Indonesia, dilanjutkan ke tahap pasca-produksi yang berlangsung selama sekitar 9 bulan.

"Jika dihitung secara keseluruhan total proses pembuatan film memakan waktu lebih dari 1,5 tahun proses dan melibatkan total 977 kru dan pemain dalam proses panjang tersebut," bebernya.

“Saya beruntung karena seluruh kru di semua departemen mempunyai komitmen dan kecintaan kepada film ini, sehingga proses panjang tersebut terasa menyenangkan. Koordinasi dan jalinan kerja tiap departemen juga selalu mendukung sehingga hasilnya memenuhi harapan kami semua,” pungkas Sheila. (adr)

(wd)