Entertainment

Perjalanan Emosional Lee Jung-jae di Balik Layar Squid Game

Musik & Film

26 Juni 2025 16:18 WIB

Di balik layar fenomena global Squid Game, ada dedikasi luar biasa dari aktor Lee Jung-jae dalam menghidupkan karakter Seong Gi-hun. (Dok. YouTube/Najwa Shihab)

Solotrust.com – Di balik layar fenomena global Squid Game, ada dedikasi luar biasa dari aktor Lee Jung-jae dalam menghidupkan karakter Seong Gi-hun. Perjalanan Gi-hun dari seorang pria putus asa menjadi sosok penuh amarah dan tekad adalah cerminan dari pendalaman psikologis intensif oleh Lee Jung-jae. Ia tak hanya berakting, melainkan menyelami jiwa Gi-hun, menavigasi spektrum emosi luas dengan pengorbanan pribadi tak sedikit.

Pada musim pertama Squid Game, Lee Jung-jae menghadapi tantangan memerankan Gi-hun sebagai ‘manusia biasa’. Ini berbeda dari peran-peran kuat yang biasa ia lakoni. Sutradara menginginkan Gi-hun digambarkan dengan emosi sehari-hari yang beragam, kelelahan hidup, harapan semu saat memasuki arena, kebingungan, ketakutan, hingga kesedihan mendalam dan rasa dikhianati oleh teman terdekatnya.



“Saya harus mengekspresikan lebih beragam emosi untuk memerankan Gi-hun yang kehidupannya sangat biasa,” kenang Lee Jung-jae, dikutip dari sebuah sumber.

Ia membangun fondasi emosional Gi-hun sebagai sosok rentan yang juga memiliki secercah harapan. Proses ini membutuhkan identifikasi mendalam terhadap perasaan universal.

Keraguan sempat muncul, namun keyakinan sutradara bahwa semua emosi itu ada dalam diri Lee Jung-jae memberinya keberanian mengeksplorasi setiap nuansa emosi secara natural di lokasi syuting.

Jika musim pertama tentang kerentanan, musim kedua menandai transformasi drastis Gi-hun. Luka dan trauma dialaminya beralih menjadi amarah membara dan tekad bulat untuk membalas dendam serta menghentikan permainan kejam tersebut. Perubahan emosional ini menuntut Lee Jung-jae mempersiapkan mental dan fisik secara ekstrem.

“Usaha untuk mempertahankan emosi, dendam, dan amarah, harus fokus dan membutuhkan banyak energy,” jelasnya.

Berbeda dengan suasana akrab di musim pertama, Lee Jung-jae memilih mengisolasi diri dan menjalani diet ketat, sebuah pengorbanan pribadi demi menjaga intensitas emosi karakter.

“Saya harus selalu mempersiapkan diri agar bisa mempertahankan keadaan emosinya dan butuh banyak waktu untuk sendiri,” ungkapnya.

Isolasi ini untuk fokus dan mencegah terbawa emosi negatif Gi-hun ke kehidupan pribadinya, meskipun ia mengakui terkadang terbawa perasaan di lokasi syuting. Dedikasi ini menunjukkan betapa ia menyelami kondisi psikologis Gi-hun yang dipenuhi luka dan amarah.

Musim ketiga Squid Game akan menghadirkan Gi-hun dalam dimensi lebih kompleks. Ia bukan lagi peserta pasif, melainkan perencana permainannya sendiri. Ini menuntut Lee Jung-jae menunjukkan sisi strategis, perhitungan, dan mungkin sedikit lebih gelap dari Gi-hun, tanpa menghilangkan esensi kemanusiaan yang telah dibangun.

Perjalanan psikologis Lee Jung-jae menghidupkan Gi-hun adalah bukti totalitasnya sebagai aktor. Pengorbanan dalam bentuk isolasi, diet ketat, dan kehilangan momen kebersamaan adalah harga yang harus dibayar demi otentisitas peran. Momen terharu dan tangisan di lokasi syuting adalah konsekuensi dari pendalaman emosional yang ia lakukan.

“Seharian penuh saya fokus memikirkan Gi-hun. Jadi, mau tidak mau saya pun ikut terbawa perasaan,” katanya.

Diskusi mendalam dengan sutradara juga menjadi kunci dalam membentuk dan mempertahankan konsistensi emosional Gi-hun. Kolaborasi ini memungkinkan Lee Jung-jae terus menggali dan menyalurkan emosi kompleks, memastikan Gi-hun tetap menjadi karakter nyata dan beresonansi dengan penonton.

Pada akhirnya, perjalanan Lee Jung-jae menghidupkan Gi-hun adalah kisah tentang dedikasi, pengorbanan, dan kemampuan luar biasa seorang aktor menyelami kedalaman jiwa manusia. Musim ketiga Squid Game akan menjadi puncak perjalanan emosional ini. Penonton akan menyaksikan bagaimana Gi-hun, melalui Lee Jung-jae, menutup kisahnya penuh duka, amarah, dan tekad. (Annabatista Bria)

*) Sumber

(and_)