Serba serbi

Gamelan Terpilih untuk Buka Konser Musik Karya Mendiang Claude Debussy

Musik & Film

22 September 2018 07:02 WIB

Leaflet pertunjukan musik untuk memperingati 100 tahun meninggalnya musisi terkenal Prancis Claude Debussy (Sumber: KBRI Stockholm).

STOCKHOLM, solotrust.com -  Gamelan Jawa telah terpilih sebagai musik tradisional untuk membuka konser musik karya mendiang Claude Debussy, musisi kenamaan Prancis. Konser tersebut dibuat untuk memperingati 100 tahun kepergian Debussy.

Sebagaimana dikabarkan Kementerian Luar Negeri via lamannya, Jumat (21/9/2018), Stefan Bojsten, ketua panitia konser tersebut menyatakan pemilihan gamelan adalah sangat tepat mengingat semasa hidupnya Debussy terinspirasi dengan musik tradisional Jawa.



Menurut Stefan Bojsten, salah satu gending gamelan yang mempengaruhi musik Debussy terdapat pada karya “Pagoda". Stefan Bojsten sendiri kini masih aktif mengajar di Royal College of Music di Stockholm, Swedia. Ia juga merupakan produser program “Piano Visions piano series".

Sebagaimana tertulis dalam biography.com, Claude Debussy merupakan salah satu komposer yang paling dihormati di akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Dia dikenal sebagai penemu musical impressionism.

Debussy lahir di sebuah keluarga miskin di Prancis tahun 1862. Namun bakatnya yang luar biasa dalam bidang piano mengantarkannya ke Paris Conservatory di usia 11 tahun, setelah mulai mempelajarinya di usia 7 tahun.

Pada usia 22 tahun, ia memenangkan penghargaan utama di Prix De Rome yang bisa membiayainya untuk studi musik lebih lanjut selama 2 tahun di Roma, Italia. Pada saat berada di Italia, dia belajar musik dari komposer Jerman Richard Wagner.

Debussy kemudian kembali ke Paris pada 1887 dan menghadiri Paris World Exposition 2 tahun kemudian. Di sana lah ia bertemu dengan Gamelan Jawa, sebuah ensambel musik yang dimainkan dari berbagai instrumen.

Pada tahun-tahun berikutnya, Debussy pun menggabungkan elemen gamelan ke dalam gaya musiknya untuk menciptakan suara yang baru. Karya yang tercipta selama periode ini merepresentasikan karya-karya awal Debussy seperti “Prelude to the Afternoon of a Faun” yang rampung pada 1892 dan tampil pertama pada 1894.

Debussy diketahui meninggal dunia pada 25 Maret 1918 di Paris karena penyakit kanker kolon. Dalam waktu-waktu terakhirnya, Debussy menghabiskan waktunya untuk menulis, seperti sebagai seorang kritikus musik, komposer, dan mempertunjukkan karyanya secara internasional.

Menurut rencana, pementasan karya musik klasik karya Debussy tersebut akan berlokasi di Gedung Eric Ericsonhallen pada 30 September 2018 mendatang.


Puluhan musisi Eropa khususnya dari Nordik akan memainkan karya Debussy (1862-1918). Sedangkan musisi yang akan memainkan gamelan terdiri dari 12 orang yang kebanyakan adalah asli dari Swedia. Ketertarikan masyarakat Swedia akan musik tradisional ini disampaikan oleh dalang Urban Wahlstedt.

"Kami sebagai penggemar musik gamelan bertujuan untuk melihat kembali gema peradaban gamelan dan sekaligus ingin mendalami mengapa Debussy menyukai gamelan," kata pria 82 tahun tersebut.

Urban Wahlstedt adalah seorang dalang wayang kulit berbahasa Swedia dan penabuh demung. Ia menyatakan “mendapatkan” kedamaian ketika memainkan instrumen tradisional Jawa tersebut.

Untuk acara tersebut, Urban dan kelompok musik bernama Suka Rencana telah mempersiapkan lagu “Aja Lamis” karya almarhum Ki Narto Sabdo untuk dipentaskan.

Dubes RI untuk Swedia, Bagas Hapsoro menyatakan bahwa acara ini diharapkan menjadi bagian “media untuk menyapa peradaban" dalam ruang dan waktu tak terbatas.

"Kita patut berbangga bahwa kesenian tradisional kita juga dihormati di negeri orang. Oleh karena itu patut kita lestarikan," tutur Dubes Bagas. (Lin)

(way)