Hard News

UNS Terus Kembangkan Beras Hitam Yang Aman Untuk Diabetes, Pulen dan wangi

Jateng & DIY

27 September 2018 10:40 WIB

Suasana kegiatan ICFSE 2018 di Solo Paragon Hotel and Residence

SOLO, solotrust.com - Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta tengah meningkatkan kualitas hasil inovasi beras hitam yang ditawarkan dalam International Conference on Food Science and Engineering (ICFSE) 2018 di Solo Paragon Hotel and Residence pada Selasa (25/9/2018) hingga Rabu (26/9/2018).

Ketua Tim Peneliti Beras Hitam yang juga Wakil Rektor 1 UNS, Prof Sutarno menyebutkan, UNS terus mengupayakan perbaikan hasil riset beras hitam tersebut agar usia panen lebih diperpendek yang saat ini sudah masuk dalam generasi ke-6.



"Dari riset generasi ke-5, sudah bisa diperpendek lebih dari tiga minggu. Kami terus berupaya memperbaiki hasil riset beras hitam,” ujar dia.

Sutarno mengungkap, kemajuan yang ditemukan pada generasi ke-5, juga menyangkut fisik tanaman padi.

"Saat ini batangnya semakin pendek sekitar 15-20 centimeter. Sehingga lebih kokoh ketika ada terpaan angin, tapi jika tanaman terlalu tinggi maka berisiko roboh jika terkena angin," beber dia.

Menurutnya, peneliti dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) dan Fakultas Pertanian (FP) sangat tertarik mengembangkan varietas beras hitam. Pasalnya, selain varietas lokal, beras hitam belum banyak dibudidaya petani.

“Padahal beras hitam dikenal baik untuk kesehatan karena mengandung antosianin yang tinggi yang bermanfaat untuk antioksidan dan antikolesterol. Tiap 100 gram beras hitam, kandungan antosianinnya mencapai 200-400 miligram,” kata Sutarno.

Ia pun membeberkan, bahwa untuk mengembangkan varietas beras hitam dalam prosesnya menggunakan iradiasi untuk memperpendek masa tanam. Selain masa tanam lebih pendek, verietas beras hitam yang dikembangkan UNS tersebut aman untuk penderita diabetes namun tetap pulen dan wangi.

“Para peneliti di UNS terus mengembangkan varietas unggulan beras hitam, salah satunya dengan iradiasi yang merupakan kerja sama dengan Badan Tenaga Atom Nasional (Batan),” tutup Sutarno. (adr)

(wd)