Ekonomi & Bisnis

Geliat Kopi Lokal di Gladag Festival Kopi 2018

Ekonomi & Bisnis

27 Oktober 2018 19:00 WIB

Bahtiar, pemilik Kedai Finest Coffee memperlihatkan produk kopi andalannya. (solotrust-rum)

SOLO, solotrust.com - Kopi harus berdaulat, bisa dinikmati oleh semua kalangan. Itulah semangat yang disebarkan Gladag Festival Kopi yang berlangsung selama tiga hari, 26-28 Oktober 2018 di Pusat Grosir Solo (PGS).

Marketing Communication PGS Imanuel Prasetyo menerangkan, pihaknya memfasilitasi komunitas kopi di Solo Raya yang punya agenda rutin tahunan menggelar Festival Kopi.



Menurutnya, Festival Kopi ini adalah acara tahunan para pegiat kopi. Tahun lalu sudah diadakan selama satu pekan sekarang cuma tiga hari.

"Mengapa kopi? Karena dari kalangan bawah sampai atas suka kopi semua. Makanya Festival Kopi akan jadi agenda rutin setiap akhir tahun," tuturnya pada media, Jumat (26/10/2018).

Sebanyak 12 kedai kopi di Solo Raya ikut memeriahkan Gladag Festival Kopi ini. Mayoritas sudah punya kedai yang punya penggemar tersendiri. Antara lain ada Agam Kopi, Finest Kopi, Bumblebee, Ensikopidia, AS Kopi, Koohii Kopi, dan lain-lain.

"Akan ada pembagian kopi gratis sebanyak 1.500 cup kopi selama tiga hari untuk warga Solo. Kopi dibagi per 2 jam sekali agar suasana kondusif," imbuhnya.

Selain bagi kopi gratis, konten acara meliputi talkshow, Fun Battle V60 Competition, Folk Live Music, food bazaar, batik bazaar, dan movie showing.

Pihaknya mengungkap, mendatangkan tamu istimewa yaitu Demang Suseno (seniman pemerhati kopi) dan Prawoto Indarto, seorang figur terkenal di kalangan komunitas kopi.

Pada Jumat (26/10/2018), Demang Suseno menceritakan asal muasal Kota Solo. Selain itu juga diagendakan Bedah Kalatidha, babat Pakubuwono 6 - Pakubuwono 10.

Pada Sabtu (27/10/2018), hadir Prawoto Indarto, yang menulis buku tentang kopi dan sering mengadakan seminar keliling Indonesia. Dalam kesempatan ini, akan dilakukan bedah buku The Road to Java Coffee. Juga pemutaran film dokumenter.

Hari terakhir, Minggu (28/10/2018), terdapat acara Final V60 High School Competition serta British & Coffee yang menghadirkan Last Car Beats. "Kita juga mengundang mahasiswa-mahasiswa untuk ikut diskusi kopi," ujarnya.

Prasetyo menambahkan, Gladag Festival Kopi merupakan salah satu agenda untuk mempromosikan PGS. Khususnya menyasar konsumen luar kota yang selalu datang ke Solo pada akhir pekan.

Pemilik Kedai Finest Eatery & Coffee yang berlokasi di Jatimalang, Mojolaban, Sukoharjo, Bahtiar Rifai, mengaku rutin mengikuti kegiatan semacam ini. Tidak sekadar jual kopi, ia ingin berbagi informasi bahwa membuat kedai kopi tidak membutuhkan modal besar.

"Banyak yang beranggapan bikin kedai kopi mahal, saya ingin menunjukkan dengan modal antara Rp5 juta - Rp6 juta sudah bisa membuat kedai kopi," ujarnya.

Kedai Finest Kopi yang berarti nyaman atau terbaik ini menyediakan dua produk andalan lokal, yaitu Arabica Merbabu dari daerah Kopeng dan Robusta Ampel.

Keunggulannya, bila robusta biasanya agak mengganggu di tenggorokan atau meninggalkan rasa pahit, tapi yang Robusta Ampel ini karakteristiknya bersih.

Arabica Merbabu punya rasa seimbang antara sweet dan acid karakter berry. Cocok untuk pemula, yang tidak suka kopi, dan baru belajar minum kopi.

"Minuman lain yang jadi favorit, Kopi Gula Aren, campuran kopi dan gula aren yang diproses secara coldbrew. Sebagai alternatif bagi yang tidak suka kopi single origin," terangnya.

Pihaknya memilih menggunakan gula aren dibanding gula pasir putih karena gula pasir putih justru membuat kopi semakin masam terutama untuk jenis robusta akan semakin pahit. (Rum)

(way)