SOLO, solotrust.com- Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) selama ini kesulitan mendapat tambahan modal lewat perbankan atau pemberi pinjaman lain untuk peningkatan skala bisnis. Penyebabnya, UMKM kurang melek literasi finansial dan digital, sehingga validitas data UMKM rendah dan tak cukup meyakinkan pemberi pinjaman.
Hal itu diungkap oleh CEO Kendi, Pietra Sarosa pada solotrust.com, di Hotel Indah Palace Solo, Kamis (24/1/2019), di sela acara Focus Group Discussion Inovasi Keuangan Digital dengan Kendi.
"Kendi merupakan singkatan dari Keuangan Digital, yang dibentuk agar menjadi solusi untuk masalah UMKM tersebut," tuturnya.
Secara rinci, Kendi adalah platform Inovasi Keuangan Digital modern untuk UMKM yang untuk pertama kalinya menggabungkan sistem Point-of-Sale, P2P Funding, dan teknologi Blockchain. Aplikasi ini menyediakan fasilitas pencatatan transaksi, pelaporan dan analisis keuangan, pendanaan, serta audit bisnis transparan untuk meningkatkan skala bisnis UMKM di Indonesia.
Adapun penjajagan pelaksanaan implementasi platform Kendi ini akan bermula di Kota Solo. FGD ini sebagai tahap awal rangkaian pelaksanaan Kendi yang melibatkan banyak pihak seperti UMKM, para pemberi pinjaman baik individu maupun institusi, akademisi dari UNS, serta perwakilan Pemkot Solo yaitu Dinas Koperasi dan Dinas Kominfo SP.
Tujuan FGD untuk menyamakan visi antara perwakilan calon pengguna aplikasi, otoritas, pakar, serta tim Kendi. Mencoba prototipe aplikasi Kendi secara langsung dalam kondisi mendekati kenyataan. Menampung masukan dari pengguna aplikasi, otoritas, dan pakar demi penyempurnaan akhir dari fitur-fitur aplikasi Kendi.
Pietra berharap FGD ini dapat menjadi penyalur aspirasi UMKM Solo agar mendapat solusi mumpuni untuk pencapaian dana. Sebab, tidak banyak solusi yang fokus pada UMKM, khususnya untuk skala Mikro. Diharapkan, Kendi menjadi solusi yang membantu UMKM dari semua industri untuk mencatat bisnisnya dengan lebih baik serta mendapat pendanaan untuk tumbuh pesat.
"Harapannya, solusi ini akan menjadi solusi nasional untuk Indonesia, yang memiliki permasalahan fragmentasi data akibat kenyataan geografisnya, dengan 17,000 pulau dan 34 provinsi,” imbuhnya.
CTO Kendi, Pandu Sastrowardoyo, berpendapat, kunci utamanya ada di kemudahan penggunaan (ease-of-use). Aplikasi Kendi mempermudah UMKM melakukan input data dengan prinsip one-handed atau satu tangan, lebih mudah dari mempergunakan kalkulator sayur sekalipun. Data yang masuk tersebut nantinya akan dijaga oleh Blockchain yang node-nya dipasang di beberapa pihak, sehingga tidak bisa diutak-atik oleh siapapun.
"Pemberi pinjaman atau lender dapat melihat data secara jelas, sehingga kepercayaan antara UMKM dan lender dapat terbangun,” ujarnya.
CGO (Chief Growth Officer) Kendi, Patria Abtitiar, menambahkan, ini adalah masa-masa yang sangat menarik untuk Indonesia, karena pada saat yang sama teknologi Blockchain sedang booming, begitu pula dengan peer-to-peer lending.
"Uniknya Kendi adalah kemampuan kami untuk menggabungkan keduanya, dengan bantuan sistem POS yang menjaga kebersihan data semenjak awal, dan fokus terhadap UMKM secara holistik,” kata Patria.
Untuk mendapatkan informasi lebih lanjut soal aplikasi Kendi, dapat mengunjungi website Kendi di kendi.io atau mengontak CGO Kendi di email patria.abditiar@kendi.io maupun CTO Kendi di pandu@kendi.io. (rum)
(wd)