Serba serbi

Kemenkes Buka Program untuk Perawat Indonesia Berkarir di Jepang

Olahraga

24 Februari 2019 04:11 WIB

Ilustrasi perawat. (Istimewa)

JAKARTA, solotrust.com – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) membuka program untuk perawat Indonesia berkarir di Jepang. Program ini dilakukan dalam rangka peningkatan pendayagunaan Tenaga Kerja Kesehatan Indonesia (TKKI) ke luar negeri.

Program tersebut terjalin usai Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia (BPPSDM) Kesehatan melaksanakan kerja sama Government to Private (G to P) dengan Fukuoka Perfecture Medical Association (FPMA) Jepang. Penandatangan MoU Re-Challenge Returnee EPA Program dilakukan pada 18 Februari 2019 di Fukuoka Perfecture.



Kepala BPPSDM Usman Sumantri mengatakan, dibukanya kembali program ini karena banyak perawat Indonesia yang tidak lulus Ujian Nasional Perawat Jepang (Kangoshi). Sehingga mereka tidak dapat melanjutkan pekerjaannya dan harus kembali ke Indonesia setelah masa kontrak berakhir.

Hingga tahun 2018, masih ada tenaga perawat sebanyak 653 orang sebagai kandidat perawat Jepang selama 3 tahun melalui kerangka Indonesia - Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA).

''FPMA menawarkan kerja sama untuk memberikan kesempatan kembali kepada returnee perawat EPA untuk bekerja kembali di Jepang yaitu di Fukuoka Prefecture,” katanya melalui keterangan tertulis.

Nantinya, peserta akan diberikan pelatihan pemantapan ujian Kangoshi terlebih dahulu di Indonesia selama 1-3 bulan. Dalam pelatihan tersebut, juga difasilitasi untuk mengikuti ujian tingkat nasional di Jepang sebagai tenaga perawat (Registered Nurse) maupun ujian tingkat lokal sebagai Asisten Perawat di Jepang (Licensed Assistant Nurse).

“Diharapkan peserta yang telah mengikuti program ini akan lulus lebih dari 70%,'' katanya.

Pihak FPMA akan melakukan pelatihan pemantapan dan penempatan tenaga perawat yang telah lulus ujian di rumah sakit (RS) dan klinik yang berada di bawah FPMA. Bagi perawat yang hanya lulus Licensed Assistant Nurse, selama bekerja di Fukuoka Jepang akan difasilitasi untuk peningkatan kapasitas agar dapat lulus ujian nasional, sedangkan BPPSDM menyiapkan tenaga returnee yang akan mengikuti program tersebut.

''Saat ini FPMA membawahi sekitar 450 RS dan 4.000 klinik di wilayah Fukuoka Prefecture dan sempat kami kunjungi klinik dan bertemu denga perawat kita dan kelihatannya mereka cukup sejahtera,'' ungkap Usman.

Mengingat kebutuhan perawat yang sangat tinggi di Jepang termasuk di Fukuoka Prefecture, pihak FPMA mempertimbangkan untuk mendukung penyiapan penempatan perawat ke Jepang salah satunya melalui bantuan proses pendidikan bahasa Jepang di kelas Intenasional yang akan diadakan di lingkungan Poltekkes Kemenkes.

(way)