Solo, solotrust.com- Rumah Makan (RM) Adem Ayem siap diteruskan oleh generasi kedua meski saat ini belum dialihkan secara 100 persen. Putra bungsu dari pemilik Adem Ayem, Jeffry Nagatara Herlambang mengatakan, sebagai generasi kedua yang melanjutkan estafet, ia akan meningkatkan branding Adem Ayem lebih kuat lagi.
"Tapi yang paling menjadi kekuatan kami adalah konsistensi rasa dan servis. Kita percaya ini branding yang kuat dari mulut ke mulut, dari cutomer ke customer," tuturnya.
Meski berkomitmen menjaga kualitas rasa untuk menu-menu yang tersedia di RM Adem Ayem, serta mempertahankan konsep pelayanan jaman dulu, pihaknya tetap memberi masukan untuk pendekatan baru seperti dari sisi peralatan dan persiapan. Sentuhan unsur modern ini tidak bisa dihindari karena melihat ke depan rumah makan tradisional ini harus menghadapi glogbalisasi dan ada standar-standar yang harus dipenuhi terutama dari sisi higienitas.
"Departemen kesehatan dapur kita termasuk yang paling bersih di kota Solo, selain sistem yang sudah berjalan juga karena upaya karyawan-karyawan di dapur," ujarnya.
Ia menambahkan, dalam mengelola bisnis biasanya pelaku usaha menggunakan iklan di permukaan. Namun restoran yang berdiri sejak tahun 1969 ini menggunakan konsep kehumasan seperti aktif di kegiatan kemanusiaan, meningkatkan pelayanan, aktif di organisasi sosial. Sehingga brand semakin kuat dengan sendirinya dan justru membuat Adem Ayem ini lebih bertahan.
Kata Jeffry, 50 tahun berdirinya Adem Ayem menjadi bukti kegigihan usaha, membuktikan kualitas dan servis, dan menunjukkan beratnya membangun bisnis kuliner. Ia mengaku belajar banyak dari sang ibu untuk berkomitmen dalam pekerjaan sekaligus mengurus keluarga.
"Ini dapat menjadi inspirasi bagi generasi muda saat ini yang penuh dengan distraksi, tapi harus setia dalam rumah tangga dan karir. Jadi integritas itu bisa terus dijaga terutama bagi wanita, bisa beres di rumah dan beres di pekerjaan," ujarnya.
Pemilik RM Adem Ayem, Emmy Lies Rosmijati, mengkonfirmasi tidak akan membuka cabang di kota-kota lain. Sebab, sebelumnya pernah membuka cabang di Jakarta, Bali, Surabaya, dan Jogja namun merasa tidak puas bila tidak menangani restoran sendiri karena khawatir citarasa akan berbeda.
"Untuk generasi kedua saya berpesan kalau mau buka usaha, dari hobi dan apa yang bisa kerjakan. Jangan lupa berdoa kalau sudah baik dan cocok. Jangan bingung, harus telaten, setia, lama-lama akan jadi," pesan Lies. (Rum)
(wd)