Hard News

Banjir Rendam Permukiman 4 RW di Kadipiro, Jembatan Bambu Ditutup

Jateng & DIY

5 April 2019 09:33 WIB

Air sungai pleret yang meluap di Kampung Seruni, RW 20, Kadipiro, Kamis (4/4/2019).

SOLO, solotrust.com - Kota Solo diguyur hujan deras pada Kamis (4/4/2019) sepanjang dini hari hingga pagi hari menyebabkan Kali Pleret meluap dan menyebabkan 4 RW di Kelurahan Kadipiro, Banjarsari terendam air banjir hingga setinggi hampir satu meter.

Selain itu, satu jembatan rakitan bambu yang berada di Kampung Seruni RT.01 RW.20 terpaksa ditutup oleh warga setempat, karena dikhawatirkan rusak setelah diterjang arus air yang meluap. Padahal, jembatan itu merupakan akses favorit warga Padokan, Kabupaten Boyolali untuk masuk ke wilayah Solo.



Berdasarkan data yang dihimpun solotrust.com, 4 RW di wilayah Kelurahan Kadipiro yang terdampak banjir antara lain, Kampung Seruni RW 20 (12 KK) dan RW 28 (10 KK), Kampung Plelen RW 33 (10 KK) dan Kampung Sumpingan RT 1/ RW 1 (18 KK).

"Hujan terjadi dari jam 2 pagi sampai sekitar waktu subuh, kemudian debit air meningkat. Jam 7 pagi air mulai masuk membanjiri rumah warga hingga ketinggian 50 - 70 cm. Tapi ini hanya air lewat, tidak begitu besar," kata Ketua RW 20, Kampung Seruni, Sukamto saat ditemui solotrust.com di lokasi.

Kemudian, warga Kampung Seruni RW 20 sebanyak 12 KK dievakuasi ke tempat yang lebih aman setelah mereka dibantu Linmas setempat dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) untuk menyelamatkan barang-barang mereka di tempat yang lebih tinggi.

"Ketika air sudah mulai memasuki permukiman, kemudian warga saling membantu, termasuk dari BPBD dan Linmas Kelurahan setempat, kerja sana untuk menyelamatkan barang berharga ditaruh di tempat yang lebih tinggi. Lalu warga dievakuasi ke tempat yang lebih aman," ujar dia.

Sementara itu, salah seorang warga setempat, Sutimin menurutkan, bila air banjir yang menggenangi rumah warga surut dengan relatif cepat. Pantuan solotrust.com yang tiba di lokasi pukul 11.00 WIB, sudah tidak ada air yang masuk hingga ke rumah warga. Hanya saja kondisi air di sungai masih dalam kondisi meluap.

"Cepat tadi surutnya, air naik jam 7 pagi, terus jam 8-an sudah surut. Hal itu karena Kali Pleret sisi selatan sudah dilakukan pengerukan dan dilakukan pelebaran serta program penanggulangan banjir lainnya dari pemerintah. Sehingga air banjir mengalirnya lebih lancar. Tapi memang saat ini (siang hari) warga belum seluruhnya kembali ke rumah. Kalau untuk jembatannya biar nunggu air turun dulu, kalau meluap seperti ini kan tidak bisa diperbaiki," kata Sutimin.

Pihaknya berharap agar pemerintah dan pemangku kepentingan terkait melakukan pengerukan sungai di kawasan setempat sehingga daya tampung sungai juga semakin besar dan tidak membuat air meluap sampai ke permukiman warga. Di samping itu, jembatan yang selama ini dibuat warga secara swadaya, untuk dibangunkan jembatan permanen oleh pemerintah.

"Yang utama, kami berharap supaya dilakukan pengerukan, di kali kawasan kampung ini, selain itu agar jembatan dibuat permanen, karena menjadi akses favorit pedagang-pedagang sayur dan pedagang jajanan seperti bakso, dari Boyolali ke Solo, karena memang lebih dekat," jelasnya.

Dihubungi secara terpisah, Kepala Harian BPBD Surakarta, Eko Prajudhy Noor Aly menyebutkan, berdasarkan data yang ia terima, ada sejumlah wilayah di Kota Solo yang terdampak banjir. Sehingga banjir tak hanya menggenangi rumah warga di Kadipiro melainkan di wilayah lain seperti Kedunglumbu Pasar Kliwon, dan Viaduk Gilingan.

"Banjir yang terjadi disebabkan oleh kiriman air dari Kabupaten Boyolali, Klaten maupun Sukoharjo, karena memang volume yang besar akibat curah hujan yang tinggi. Sehingga sungai dan anak sungai yang ada di Solo tak dapat menampung dan meluap membanjiri rumah warga. Namun hanya dalam waktu singkat saja kejadiannya," terang Eko.

Eko menambahkan, BPBD telah mengirimkan logistik kepada warga di beberapa wilayah tersebut yang terdampak banjir. (adr)

(wd)