SOLO, solotrust.com - Masing-masing calon presiden baik Joko Widodo (Jokowi) maupun Prabowo Subianto sama-sama menaruh perhatian besar untuk kemenangannya di Jawa Tengah. Keduanya sama-sama menggelar kampanye terbuka di Solo, dua hari terakhir.
Jokowi menyebut, perolehan suara di Jateng akan sangat menentukan kemenangan dari dirinya bersama Ma'ruf Amin dalam ajang Pilpres 2019 melawan penantang Prabowo - Sandiaga Uno.
"Karena tambahan persentase elektabilitas di Jawa Tengah akan kita pakai untuk menutup di tempat lain. Oleh sebab itu kita harus bekerja keras," ujarnya saat Kampanye Rapat Umum Solo Bersatu di Stadion Sriwedari, Laweyan, Solo, Selasa (9/4/2019).
Untuk mencapai target tersebut, di sisa waktu 7 hari menejelang Pemilu 2019, para sukarelawan dan tim pemenangan diminta untuk bekerja keras untuk menyosialisasikan program Jokowi - Ma'ruf Amin dan meluruskan hoaks yang kerap menjurus pada Jokowi, agar mendulang suara yang lebih untuk Paslon 01.
"Saya ingatkan Pilpres 2014 di Provinsi Jawa Tengah kita mendapatkan 66 persen. Tapi melihat antusiasme dan militansi pendukung sore hari ini saya tidak mau lagi 66 persen, minimal 70 persen, minimal lho ya," terang Jokowi saat itu.
Sementara, Prabowo menilai rakyat di Jawa Tengah sangat menginginkan adanya perubahan. Hal itu ia sampaikan saat berorasi dalam kampanye terbuka di Stadion Sriwedari Solo, Rabu (9/4/2019).
Ia mengaku saat berkeliling Indonesia, dari kabupaten demi kabupaten, provinsi demi provinsi, ia melihat mata rakyat Indonesia dan getaran hati rakyat Indonesia. Bahkan merasakan tangan-tangan para pendukungnya termasuk emak-emak yang keras, apalagi tangan-tangan emak-emak di Solo. Ia pun yakin dapat merasakan kebangkitan rakyat.
"Alhamdulillah di Solo ini kita lihat rakyat Jawa Tengah sebenarnya juga sangat ingin perubahan. Karena itu saya tegaskan kembali di sini, kami perjuangan Koalisi Indonesia adil makmur, kami ingin bekerja sepenuhnya untuk rakyat Indonesia," tegasnya.
Menurutnya, arah pemerintahan saat ini hanya menguntungkan segelintir orang saja. Di mana kekayaan bangsa digunakan untuk memperkaya segelintir orang saja.
Lanjutnya, segelintir orang ini yang membiarkan kekayaan bangsa Indonesia, kekayaan milik ratusan juta rakyat Indonesia, dibiarkan dibawa ke luar negeri. Ia juga yakin, rakyat Indonesia paham dan mengerti bahwa kekayaan Indonesia tidak tinggal di Indonesia.
"Kita ingin perubahan. Arah yang keliru ini harus kita hentikan dan kita harus ganti arah. Dan kita harus kembali ke jalan yang lurus ke jalan yang benar. Kita hari ini kumpul dengan rasa optimisme. Kita merasa sebentar lagi Indonesia menang," imbuhnya. (rum-adr)
(way)