Serba serbi

Gelar Konferensi di Solo, IPOTI Jateng Kenalkan Teknologi Arthroscopy Model Baru

Olahraga

27 April 2019 15:22 WIB

6th Annual Meeting of Indonesia Orthopaedic Nurses Association (ASMONA) di Hotel Solo Paragon, Jumat (26/4/2019). (solotrust-adr)

SOLO, solotrust.com - Himpunan Perawat Orthopaedi dan Traumatologi Indonesia (IPOTI) Jawa Tengah mengadakan '6th Annual Meeting of Indonesia Orthopaedic Nurses Association' (ASMONA) di Kota Solo, selama tiga hari mulai Jumat hingga Minggu (26-28/4/2019).

Kegiatan bertema "Sport Injury Nursing Up Date" itu diikuti 106 perawat dari berbagai wilayah di Indonesia. Para perawat itu diberikan edukasi mengenai teknologi Arthroscopy keluaran terbaru dalam fungsinya untuk melakukan operasi bedah tulang.



Alat bantu operasi bedah tulang yang merupakan wujud upgrade dari alat generasi lama tersebut, kini sudah dilengkapi kamera untuk melihat struktur tulang dan struktur otot pasien yang akan dioperasi dan selang pembersih sehingga pengobatan dapat lebih efektif dan efisien.

Ketua IPOTI Jateng Paryanto menjelaskan, dalam tindakan surgery menggunakan alat Arthroscopy, perawat memiliki peranan sangat penting saat mendampingi dokter. Melalui kegiatan ini, para perawat diberikan pemahaman mendalam mengenai posisi dan alat-alat yang harus mereka siapkan setiap fase operasi.

"Perawat kan harus paham betul apa yang harus dilakukan saat dokter melakukan tindakan agar operasi berjalan lancar, perawat harus menguasai komunikasi dalam bersinergi dengan dokter yang melakukan operasi, ibarat kata dengan kode atau telepati, perawat paham apa kebutuhan dokter," kata Paryanto saat ditemui solotrust.com dalam acara seminar nasional di Hotel Solo Paragon, Jumat (26/4/2019).

Dijelaskan Paryanto, pada hari kedua dibahas metode bagaimana para perawat mengenali kasus-kasus yang berkaitan langsung dengan diagnosa maupun trauma yang harus ditangani menggunakan Arthroscopy.

"Tugas perawat saat mendampingi dokter saat melakukan operasi menggunakan Arthroscopy apa saja, itu harus dipahami perawat," ujarnya.

Ratusan peserta menyaksikan secara langsung melalui tayangan video saat dokter melakukan operasi (live surgery) dalam prosesnya menggunakan Arthoscopy di kamar operasi Rumah Sakit Orthopaedi Prof Dr Soeharso (RSOP) Pabelan.

Dalam sesi tersebut, para peserta dapat berinteraksi dengan dokter yang melakukan operasi menggunakan Arthroscopy untuk berdiskusi lebih lanjut tentang fase demi fase tanpa menganggu jalannya operasi.

"Jadi, saat operasi berjalan, para peserta di ruang terpisah menyaksikan operasi lewat monitor dan mereka bisa berdiskusi dengan dokter Agung Ari Siswanto yang melakukan operasi, akan tetapi operasi tetap berjalan, tidak menghentikan operasi ketika menjawab," jelasnya.

Paryanto menambahkan, pemanfaatan alat Arthroscopy keluaran terbaru untuk operasi sendi lutut dan ligamen ini, selain prosesnya lebih cepat yakni hanya dengan sayatan operasi kecil untuk injeksi 1 - 2 cm kondisi sendi dan ligamen dapat dilihat di layar monitor melalui kamera, dan dilakukan treatment langsung dengan proses penyembuhan yang juga lebih cepat.

"Pasien yang dioperasi menggunakan Arthoscopy hanya butuh waktu 6 minggu untuk penyembuhan luka dan traumanya, karena tidak hanya diagnostic tapi juga treatment, misal ligamen putus bisa langsung diperbaiki," jelas dia.

Sedangkan pada hari ketiga, para peserta diajak berkeliling Kota Solo dengan menggunakan salah satu transportasi wisata andalan yakni Bus Werkudara untuk diperkenalkan budaya, pariwisata, sejarah maupun kuliner khas Kota Bengawan.

"Peserta juga akan berbelanja produk-produk asli Solo untuk buah tangan," katanya. (adr)

(way)