Hard News

Ini Pesan yang Disampaikan Penyandang Disabilitas Melalui Karya Seni Dalam Hari Tari Sedunia

Jateng & DIY

30 April 2019 14:22 WIB

Selvi Rita Oktaviani, siswi kelas 10 SLB Negeri Cangakan Karanganyar usai pentas dalam Hari Tari Sedunia Solo 24 Jam Menari di ISI Surakarta, Senin (29/4/2019).

SOLO, solotrust.com - Melalui seni tari yang ditampilkan dalam peringatan Hari Tari Sedunia Solo 24 Jam Menari, puluhan penyandang disabilitas membawakan sebuah pesan kepada khalayak luas.

Salah satu penari, Selvi Rita Oktaviani, siswi kelas 10 SLB Negeri Cangakan Karanganyar berharap masyarakat tidak membeda-bedakan antara masyarakat normal dengan mereka kelompok penyandang disabilitas. Dengan tampil dalam acara #GegaraMenari ini mereka membuktikan bahwa mereka mampu bergerak, mereka mampu berekspresi dan berprestasi.



"Tuhan mengapa kami berbeda apa ini tanda kasihmu kepada kami kaum disabilitas, kami tak bermaksud mengeluh, kami syukuri anugerah yang engkau berikan, walau kami tahu kami tak berbeda, telinga yang tak dapat mendengar merdunya nada dan mata yang tak dapat menatap indahnya angkasa, dan kaki yang tak dapat goyahkan dunia, kami tahu bahwa rencanamu lebih sempurna kekuranganku adalah kelebihannya, dan kami tak berbeda," ungkap Selvi saat diminta membacakan puisi oleh awak media usai pentas di Pendopo Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta, Senin (29/4/2019).

Dikatakan Selvi, puisi tersebut buah pikiran dan curahat hati dirinya bersama kawan-kawan disabilitas lainnya. Selvi sebagai penyandang Tuna Daksa mengaku bangga dengan dirinya sendiri dan bersyukur atas anugerah Tuhan, meskipun ia hanya bisa duduk di atas kursi roda namun dapat menari dan membacakan puisi di hadapan ratusan penonton.

"Perasaannya bangga dengan diri sendiri dan bahagia," ujarnya.

Sementara itu, penari disabilitas lainnya, Vanesa yang menyandang tuna netra mengaku keterbatasannya dalam pengelihatan tidak membuat dirinya minder. Berkat latihan dengan tekun sejak 3 bulan lalui, ia berhasil membawakan tarian mengikuti ketukan demi ketukan irama musik pengiring.

"Saya siswa Tuna Netra, saya latihan sejak 3 bulan yang lalu awalnya latihan menyesuaikan suara musik dan latihan gerak tariannya, ada tanda khususnya di suara musiknya untuk ganti gerakan. Saya waktu SD suka menari rampak, tapi berhenti karena tidak ada yang melatih," sambung Vanesa

Ketua umum World Dance Day 24 jam menari, Eko Supriyanto mengatakan, tema yang diusung tahun ini adalah  “Urip Mawa Murup, Urip Hanguripi” dan tagline #GegaraMenari untuk meramaikan media sosial yang banyak digemari kalangan milenial. Dalam Hari Tari Sedunia 29 April ini, sebanyak 600 jenis tarian ditampilkan oleh 191 kelompok tari dari berbagai daerah.

"Tema yang diangkat memiliki makna hidup dengan semangat, hidup yang memberi hidup, sehingga melalui acara ini kami ingin memperlihatkan tari sebagai bagian yang menyatu dalam kehidupan masyarakat dan seni yang memberikan hidup bagi persatuan, kesatuan dan keragaman seluruh penjuru daerah Indonesia dan Mancanegara,” ujar Eko. (adr)

(wd)