SOLO, solotrust.com - Menilik kondisi Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tengah diambang keretakan karena Pemilu 2019. Ibu negara keempat RI Hj. Shinta Nuriyah Abdurrahman Wahid mengajak seluruh elemen masyarakat menciptakan iklim kedamaian.
Masyarakat diminta agar tidak terpancing provokasi hingga mengobarkan api kebencian, melainkan agar tetap waspada menjelang penetapan presiden dan wakil presiden Indonesia periode 2019 - 2023 pada 22 Mei 2019.
Seperti yang disampaikan Shinta Wahid kepada wartawan saat menghadiri acara buka puasa bersama santri di pondok pesantren Al - Muayyad Mangkuyudan, Purwosari, Laweyan, Solo, Minggu (19/5/2019) sore.
Adapun dalam acara Buka Puasa Bersama di Pondok Pesantren Al Muayyad diikuti ratusan santri dan turut pula dihadiri oleh tokoh agama, tokoh masyarakat hingga Wakil Wali Kota Surakarta, Achmad Purnomo.
"Selama ini kita sudah dalam keadaan aman tentram damai kondusif. Tapi air tenang itu menghanyutkan, ini yang berbahaya dan perlu diantisipasi. Tetap berhati-hati, lantas jangan sampai lengah, jangan sampai hilang kewaspadaannya," ujar Shinta Wahid.
Menurut Shinta, provokasi-provokasi kerap dilontarkan sekelompok masyarakat melalui hoaks atau berita bohong, hasutan kebencian khususnya begitu marak di media sosial yang kemudian menjadi seperti halnya bom waktu yang siap menghancurkan bangsa Indonesia jika masyarakat berlarut-larut terhasut.
Untuk itu, Isteri dari Presiden Keempat Indonesia Abdurrahman Wahid (Gus Dur) itu berpesan agar masyarakat membentengi diri dari serangan hoaks, dengan merangkul semua kalangan tanpa memandang suku, agama, maupun ras untuk mempererat tali persaudaraan antar sesama anak bangsa dengan begitu hasutan kebencian tidak akan mudah merasuki bangsa Indonesia.
Ibu Negara keempat RI itu pun tak menampik bila saat ini virus kebencian masih bertengger pada diri masyarakat saat ini. Melalui acara bertema Dengan Berpuasa Kita Padamkan Kobaran Api Kebencian dan Hoaks itu bertujuan untuk mengajak seluruh elemen masyarakat meredam kobaran api kebencian.
Ia juga menyampaikan bulan Ramadan sesungguhnya mengajarkan kepada umat Islam bagaimana menahan hawa nafsu, melatih kesabaran, kejujuran, menambah ketaqwaan, melatih keikhlasan, ketulusan dan mempererat tali persaudaraan di antara sesama, serta memperkuat moral dan budi pekerti yang luhur untuk diimplementasikan pada kehidupan sehari-hari.
"Yang jelas melalui doa bersama ini, agar semua tetap tenang kondusif tidak terjadi apa-apa sampai selesai pemilu dan seterusnya. Kita berharap tidak terjadi apa-apa, jangan terpancing, semua diterima dengan tenang, jangan mudah meluap gejolak hatinya. Virus kebencian masih ada di setiap hati manusia, saya berpesan agar setiap insan menjaga diri dan negara kita, mari kita terapkan semua itu, peretrat persaudaraan untuk membentengi kita dari kehancuran, keretakan dan perpecahan," pungkas perempuan yang lahir di Jombang 9 Maret 1948 itu. (adr)
(wd)