Pend & Budaya

Kotoran Kerbau Hantarkan Mahasiswa UNS Gondol Penghargaan di Jepang

Pend & Budaya

4 Juli 2019 18:05 WIB

Tim Studi Ilmiah Mahasiswa UNS yang menciptakan Bongi dan berhasil meraih emas “Japan Design, Idea & Invention Expo” di Tokyo, Jepang. (dok. istimewa).


SOLO, solotrust.com– Spray pembunuh nyamuk dari kotoran kerbau berhasil menghantarkan Mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta menggondol emas dalam ajang kompetisi inovasi karya bertajuk “Japan Design, Idea & Invention Expo” yang digelar di Tokyo Washington Hotel, Tokyo, Jepang, pada 15 – 17 Juni 2019 lalu.



Baca juga: Gubernur Jateng : Zonasi Bagus, Tetapi Pemerataan Kualitas Sekolah Masih Butuh Waktu

 

Dalam satu tim tersebut terdiri dari lima mahasiswa yang tengah menempuh semester IV perkuliahan, berasal dari program studi (prodi) Agroteknologi Fakultas Pertanian (FP), meliputi Rizhal Akbar Jaya Pratama, Nor Isnaeni Dwi Arista, Rahma Amira Zhalzabila Wakak Megow dan Hifqi Himawan. Dan satu mahasiswa bersasal dari prodi Pendidikan Kimia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) bernama Sofia Oka Rodiana.

Dalam event yang diadakan oleh World Invention Intelectual Property Associations, mereka yang tergabung dalam Studi Ilmiah Mahasiswa UNS ini menciptakan Bongi : Mosquito Killer yakni spray untuk membunuh nyamuk yang terbuat dari kotoran kerbau.

Sofia mengatakan, spray tersebut tidak sekadar ampuh untuk mengusir nyamuk, tetapi juga membunuh nyamuk. Sedangkan nama Bongi sendiri merupakan kependekan dari bahasa jawa, yaitu “Kebo Wangi”.

“Branding tersebut menggambarkan bahwa produk yang kami buat berasal dari kotoran kerbau atau dalam bahasa Jawa disebut dengan Kebo,” ujar Sofia kepada solotrustcom, Kamis (4/7/2019).

Sofia bercerita selaku delegasi UNS bersama Rahma, ia mempresentasikan inovasi produk karya yang dibuat di hadapan dewan juri dan juga finalis lomba dari berbagai negara, antara lain Kanada, Iran, Taiwan, Korea, Hongkong, Cambodia, Sudan, Saudi Arabia, Chengdu, Malaysia, Vietnam dan lain-lain.

 “Ide produk tersebut muncul ketika salah satu mahasiswa Agroteknologi, Rizhal melakukan praktikum di Karanganyar yang melihat kotoran kerbau tak termanfaatkan oleh masyarakat. Sejauh ini kotoran kerbau baru dimanfaatkan sebagai pupuk organik atau pupuk kandang. Hal ini menjadikan Rizhal berpikir untuk menyulap kotoran menjadi sesuatu yang lebih bernilai untuk memberdayakan masyarakat, khususnya masyarakat Karanganyar,” beber Sofia.

Berkat dukungan dari berbagai pihak seperti dosen pembimbing, Prof Djoko Purnomo, pembimbing akademik Nurma Yunita Indriyanti dan Kaprodi Pendidikan Kimia, Sri Mulyani, semakin menggairahkan semangatnya untuk berani mencoba meski awalnya ia sangat takut dan minder.

“Dengan inovasi ini kami berharap dapat menjadi motor penggerak penelitian mahasiswa yang lain dan  selanjutnya harapan kami dapat melakukan publikasi jurnal internasional,” tutur Sofia. (adr)

(wd)