Ekonomi & Bisnis

Atasi Kelangkaan, TPID Solo Imbau Pemkot Kerjasama dengan Daerah Penghasil Cabai

Ekonomi & Bisnis

18 Juli 2019 14:03 WIB

Ilustrasi.


SOLO, solotrust.com- Terkait mahalnya komoditas pangan cabai beberapa pekan belakangan ini, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kota Surakarta mengusulkan ke Pemerintah Kota (Pemkot) Surakarta agar melakukan kerjasama secara permanen dengan daerah-daerah penghasil cabai.



Baca juga:

Waduh... Cabai Rawit Meroket Hingga Nyaris Rp 70 Ribu

 

Wakil Ketua TPID Surakarta, Bandoe Widiarto mengatakan, setelah harga ayam ras sudah relatif terkendali, giliran harga cabai merah kini di atas wajat, lebih dari Rp 50 ribu. Berkurangnya pasokan cabai dinilai karena faktor cuaca. Terlebih di Indonesia belum ada teknologi atau alat penyimpanan agar cabai agak tahan lama.

"Secara jangka panjang harus disiapkan kerjasama antar daerah dan perlu dilakukan pasar murah sebagai tools untuk menjaga pasokan dan ketersediaan barang," tuturnya usai Rapat Koordinasi (Rakor) TPID di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Solo, Selasa (16/7/2019).

Daerah-daerah penghasil cabai tersebut antara lain, Wonogiri (Solo Raya) sedangkan di Jawa Timur ada Jombang, Kediri, dan Jember. Kerjasama tersebut perlu dipermanenkan dalam bentuk MoU sehingga jika terjadi gejolak harga atau keterbatasan pasokan seperti saat ini bisa langsung diatasi.

Selain mengajak daerah-daerah yang surplus, distributor-distributor harus diajak. Perlu digelar pasar murah secepatnya. Kemudian kios TPID harus difungsikan dan produknya lebih dipromosikan ke masyarakat. Apalagi proses pembukaan Kios Mirunggan TPID tidak gampang, jadi harus dioptimalkan. Bahkan bisa memanfaatkan sarana komunikasi seperti videotron.

Bandoe mengimbau agar masyarakat menanam cabai dan gerakan menanam cabai ini harus selalu diingatkan. Sehingga bila terjadi lonjakan seperti ini, masyarakat tinggal memetik di pot masing-masing sehingga tidak terjadi kelangkaan. Masyarakat juga bisa mengurangi kebiasaan makan dengan sambal yang harus pedas.

"Pengendalian inflasi tidak bisa dilakukan secara sendirian. Kita harus transformasi, dari pemerintah dengan kerjasama, dari pribadi atau keluarga harus membudidayakan dengan polybag atau pot karena Solo tidak punya lahan. Harus selalu diingatkan terus. Nanti TPID akan menyampaikan ke Pak Wali," paparnya.

Meski harga cabai meroket, Bandoe mengatakan, sebenarnya komoditi beras masih dominan menyumbang inflasi. Andil inflasi cabai tidak terlalu besar sekitar 0,049 persen. Tetapi kalau lonjakan tinggi juga berat. Apalagi harga cabai menyentuh Rp 65 ribu, hal ini harus diwaspadai.

Selama ini, berdasar catatan Badan Pusat Statistik (BPS), kota Solo biasanya mengalami deflasi pada bulan Juli. Namun demikian, pihaknya tidak dapat memastikan apakah bulan Juli ini nanti juga akan deflasi. Apalagi dengan kondisi dimana harga cabai seperti ini. Juga apakah kenaikan harga cabai dapat mempengaruhi inflasi tahunan pada 2019 ini.

"Kita masih ada waktu 6 bulan ke depan jadi kita akan terus pantau perkembangannya. Saat ini inflasi Solo masih di 2,35 persen (yoy) dan 2 persen (ytd). Belum 3 persen, masih aman. Kita targetnya 3%+ 1," pungkasnya. (Rum)

(wd)