SOLO, solotrust.com – Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta menggelar Roadtrip Cultural Entrepreneurship Hub (CEH) yang mempertemukan mahasiswa dengan praktisi, dalam Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) ISI Surakarta 2019.
CEH merupakan tindak lanjut kerjasama antara ISI Surakarta bersama Goethe Institut Jerman, yang dilaksanakan selama dua hari Kamis dan Jumat (8-9/8/2019).
Ketua Tim Pokja (Kelompok Kerja) Kewirausahaan ISI Surakarta, Wahyudiarto mengatakan, tujuan dari kegiatan ini adalah memperkaya pengetahuan terkait tata kelola usaha melalui pembekalan yang diberikan kepada mahasiswa peserta CEH.
Para peserta CEH berkesempatan bertatap muka langsung dengan pelaku usaha, diantaranya bersama owner Jalan Kayu Brotoseno yang memberikan workshop kerajinan kayu eksperimental di Studionya, kawasan Jajar, Laweyan, Solo, Kamis (8/8/2019).
“Pemilihan lokasi kunjungan disesuaikan dengan bentuk rancangan model usaha yang telah digagas mahasiswa sebelumnya, sehingga dalam kesempatan tersebut mahasiswa dapat leluasa berdiskusi dan tanya jawab dengan pelaku usaha langsung, hal itu dimaksudkan agar dapat menyerap informasi dan strategi untuk menggali ide-ide segar yang potensial sebagai peluang usaha kedepannya,” jelas Wahyudiarto kepada solotrustcom, Jumat (9/8/2019).
Selain itu, peserta juga dibekali pelatihan langsung mengenai upaya dalam menjalankan aktivasi Digital Marketing (story teller) dengan narasumber pelaku digital market Mamo Kadaryatmo selaku owner Salawase Bags. Pada kesempatan itu, Mamo membagikan ilmu strategi kreatif dalam menguasai belantara pemasaran di era digital ini yang semakin bergeliat dan dinamis.
Peserta CEH menutup rangkaian field trip dengan melakukan pengamatan langsung ke lokasi komersil, sebagai suatu upaya untuk observasi langsung perilaku konsumen yang dapat dijadikan pertimbangan utama dalam mengetahui kebutuhan, pola pikir, keinginan, mindset, dan menentukan strategi bisnis hingga pola komunikasi.
“Sehingga mahasiswa dapat menentukan rumusan strategi bisnis yang tepat berikut rancangan komunikasi yang mampu menginformasikan pesan persuasif yang mampu menggiring dan mendorong konsumen dalam lingkup target market yang didesain mahasiswa,” jelasnya.
Wahyudiarto menambahkan, pada hari kedua, peserta CEH ditugaskan mempresentasikan peta empati konsumen hasil dari observasi dan pengumpulan data dengan wawancara terhadap narasumber dari berbagai segmen pasar, dengan begitu diharapkan mahasiswa dapat menentukan konsumen yang tepat untuk produknya.
“Hal ini dilakukan untuk meminimalisir kegagalan pemasaran produk di pasaran,” pungkasnya. (adr)
(wd)