Ekonomi & Bisnis

PMS Resmikan Wajah Anyar Gedoeng Gadjah Berkapasitas 1.200 Orang

Ekonomi & Bisnis

16 Agustus 2019 16:04 WIB

SEREMONIAL: Wali Kota FX. Hadi Rudyatmo memukul gong tanda diresmikannya Gedoeng Gadjah, Jalan Ir. Juanda, Purwodiningratan, Jebres, Solo, Kamis (15/8/2019) malam.


SOLO, solotrust.com - Gedoeng Gadjah Perkumpulan Masyarakat Surakarta (PMS) diresmikan secara langsung oleh Wali Kota Surakarta FX. Hadi Rudyatmo pada, Kamis (15/8/2019) malam. Prosesi peresmian gedung bersejarah ini mengusung tema Kebersamaan dalam Berbagi, Berbakti dan Melayani.



Nuansa pluralisme kental dalam prosesi pesermian Gedoeng Gadjah, seremonial diawali dari puluhan anak-anak memasuki gedung dengan mengenakan busana-busana adat dari berbagai daerah dan membawa bendera merah putih serta pataka PMS. Kemudian, mereka mengajak para hadirin bersama-sama menyanyikan lagu Indonesia Raya dan lagu-lagu nasional lainnya.

Selain Wali Kota, acara peresmian ini dihadiri langsung oleh Wawali Achmad Purnomo, Ketua DPRD Surakarta Teguh Prakosa, Ketua Umum PMS Wymbo Widjaksono, Wakil Ketua Umum PMS Sumartono Hadinoto, Muspida Kota Surakarta, serta sejumlah tokoh dan pejabat penting lainnya.

Persemian Gedoeng Gadjah yang terletak di Jalan Ir. Juanda, Purwodiningratan, Jebres itu ditandai dengan pemukulan gong oleh Wali Kota FX. Hadi Rudyatmo dengan disaksikan Wawali Achmad Purnomo, jajaran pengurus dan pengawas PMS serta Muspida Kota Surakarta dan para hadirin.

Pada kesempatan itu, PMS juga memberikan penghargaan kepada dr. Lo Siaw Ging, M.A.R.S. atau akrab dikenal dokter Lo, seorang dokter yang terkenal sebagai sosiawan berpraktik di Kota Solo. Dokter kelahiran Magelang 16 Agustus 1934 tepat 1 hari jelang hari ulang tahunnya mendapatkan apresiasi atas baktinya melayani pasien miskin di Kota Solo secara sukarela.

Ketua Umum PMS, Wymbo Widjaksono menuturkan, latar belakang dari renovasi gedung ini adalah karena awalnya bangunan dan fasilitas sudah dipandang kurang representatif setelah berdiri puluhan tahun sejak tahun 1930-an hingga tahun-tahun terakhir ini sebelum setelahnya dibangun kembali menjadi representatif seperti sekarang ini.

“Kami mendapatkan masukan dari Pemkot, tokoh masyarakat, masyarakat umum agar Gedoeng Gadjah PMS direnovasi, untuk menunjang aktifitas masyarakat,” kata Wimbo kepada solotrustcom

Renovasi Gedoeng Gadjah meski mengubah fasilitas dan interior, namun tidak serta merta merubah bentuk bangunan lamanya, sebagai sebuah peninggalan sejarah masa lampau.

“Diharapkan setelah renovasi ini, gedung ini menjadi pilihan baru bagi masyarakat untuk kegiatan-kegiatan pernikahan, pertemuan, pameran, seminar, sosial, olahraga, dan lainnya,” ujarnya.

Sementara itu, Wakil Ketua Umum PMS, Sumartono Hadinoto mengatakan, gedung ini mampu menampung sebanyak 1.200 orang untuk konsep kursi teater dan 700 orang dalam bentuk round table. Pihaknya merasa beryukur dapat merampungkan pembangunan dan mersmikan Gedoeng Gadjah diakhir masa kepengurusan periode 2014-2019 yang selesai Oktober 2019 mendatang. Sedangkan kepengurusan sebelumnya tahun 2009-2014 yang diisi anggota hampir serupa, juga menorehkan tinta syukur dengan meresmikan Thiong Ting, satu-satunya rumah duka di Kota Bengawan

“Sebelumnya Gedoeng Gadjah sempit hanya bisa menampung 500-800 orang saja, sekarang gedung ini sudah selesai diperbaiki dan diresmikan, dulu juga tidak ada air conditioner (AC), sekarang ada AC lebih dingin dan nyaman,” ungkapnya.

Wali Kota Surakarta FX, Hadi Rudyatmo mengatakan, Gedoeng Gadjah merupakan salah satu gedung bersejarah di Kota Solo begitupun dengan PMS yang masih eksis tetap bertahan hingga sekarang, dua hal tersebut menjadi rumah besar Bhinneka Tunggal Ika.

“Gedoeng Gadjah dan PMS ini adalah tempat tanpa memandang suku agama ras dan budaya, seperti disampaikan Bung Karno dalam sebuah pidato di PBB bahwa Pancasila sebagai jalan hidup,” katanya

Menurut Rudy, PMS merupakan sebuah perkumpulan yang benar-benar berpedoman pada 4 pilar hidup berbangsa dan bertanah air di Indonesia, yakni Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika.

“Inilah yang bisa kita promosikan kepada ratusan kota/kabupaten lainnya di indonsia. Solo harus menjadi contoh kebhinnekaan bahwa perbedaan adalah keindahan. Warga masyarakat sebagaimana UU 12/2006 tentang kewarganegaraan bahwa sudah tidak ada sebutan etnis yang adalah warga negara Indonesia, PMS ini perkumpulan yang tidak pernah menanyakan agama, patut dicontoh,” pungkasnya.

Sebagai tambahan informasi, PMS sebelumnya pada masa awal berdiri 1 April 1932 bernama Chuan Min Kung Hui, hasil bergabungnya enam Perkumpulan Sosial Tionghoa, kemudian pada 1 Oktober 1959 Chuan Min Kung Hui berganti nama menjadi Perkumpulan Masyarakat Surakarta. (adr)

(wd)