Pend & Budaya

Bulan Suro dan Tradisi yang Menyertainya

Pend & Budaya

30 Agustus 2019 23:35 WIB

Ilustrasi.

Solotrust.com- Dalam masyarakat Jawa, malam 1 suro dianggap sebagai sebuah malam yang sakral. Malam tersebut merupakan suatu malam yang tepat untuk digunakan sebagai sarana kontemplasi membersihkan diri dan batin kepada Yang Maha Kuasa.

Suro sendiri berasal dari kata Asyura dalam Bahasa Arab dan Suro dimaknai sebagai bulan pertama dalam sistem kalender Jawa. Suro juga merupakan bulan Muharram dalam kalender Hijriah.



Sultan Agung yang merupakan pemimpin kerajaan Mataram Islam yang berjaya pada abad ke 17 adalah pencetus pertama kalinya bulan Suro, yang memadukan antara penanggalan Hijriah dengan tanggalan tahun Sakha. Tujuan dari penyatuan tersebut supaya masyarakat Jaya yang saat itu terpecah bisa merayakan upacara keagamaan secara bersama antara kaum abangan (Kejawen) dengan kaum putihan (Islam).

Banyak tradisi laku prihatin yang dilakukan dalam menyambut malam satu suro atau malam 1 muharram tersebut. Masyarakat Jawa antara lain melakukan Tapa Bisu, yakni mengunci mulut atau tidak mengeluarkan kata – kata selama ini. Tujuannya untuk mawas diri, berdialog dengan diri sendiri dan melihat ke dalam diri sendiri tentang apa yang telah dilakoni setahun yang lalu dan apa yang akan dilakoni setahun ke depan nantinya.

Tradisi lainnya adalah mandi kungkum di sebuah sungai yang besar atau di sebuah sungai tempat bertemunya beberapa aliran mata air. Tujuan dari tradisi ini ialah sebagai sarana untuk membersihkan diri dari segala kemelekatan dan kekotoran dalam diri selama menjalani kehidupan setahun yang lalu.

Ada pula tirakatan dengan tidak tidur semalaman suntuk sambil tuguran yakni merenung dan berdoa terus menerus kepada Sang Pemilik Kehidupan. Biasanya dilakukan di suatu tempat tertentu dimana hati dan pikiran menjadi selaras.

Selain itu biasanya juga ada yang menanggap wayang serta ada sebagian masyarakat melakukan ruwatan yang tujuannya untuk mendoakan orang yang hendak diruwat supaya terhindar dari segala kemalangan dan kesialan yang hendak menghapiri dengan memasrahkan kepada Yang Maha Kuasa.

Tradisi malam 1 Suro masih berlangsung di beberapa tempat seperti di Keraton Kasunanan Surakarta, Pura Mangkunegaran, Keraton Kasultanan Yogyakarta dan beberapa tempat yang hingga saat ini masih menghargai budaya leluhur yang ada. (dari berbagai sumber/dd)

(wd)