Hard News

Bambang Pramono, Karier Moncer Dari Didikan Disiplin Sang Ayah

Jateng & DIY

26 November 2019 13:10 WIB

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Solo, Bambang Pramono saat dialog di Studio TA Radio, Rabu (20/11/2019).

SOLO, solotrust.com- Mempunyai tugas menjaga stabilitas sistem keuangan dan Rupiah tentu bukan perkara yang mudah. Namun itulah yang saat ini menjadi tanggung jawab seorang pria bernama Bambang Pramono.

Sejak 19 Juli 2019 lalu, pria kelahiran Jakarta, 6 September 1971 tersebut ditugaskan menjadi orang nomor satu di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Solo.



Solo ternyata menjadi kota pertama Bambang bertugas di luar Ibu Kota. Pertama kali berada di Solo ternyata Bambang mengaku langsung suka dengan Kota Bengawan ini. Menurutnya Solo adalah kota yang menarik dan sangat memanjakan bagi para pecinta kuliner.

“Solo kota yang menarik, kulinernya beragam, semua yang saya suka ada di sini. Kuliner favorit saya Bakso, soto, tengkleng.” Akunya.

Bambang Pramono sebelum menjadi kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Solo bertugas sebagai Ekonom Ahli Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter di Jakarta. Tentu saja bukan hal mudah untuk menjadi seorang kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Solo, selain senantiasa disibukkan seabrek tugas, waktu untuk keluarga juga otomatis terpangkas. Namun baginya itu bukan menjadi halangan, pengalamannya selama tugas di Jakarta ternyata menjadi modal yang cukup untuk mengemban tugas di Solo.

Selama di Solo Bambang mengaku pagi-pagi sudah harus sudah ngantor hingga malam. Namun baginya hal tersebut bukan menjadi suatu hal yang mengagetkan.

“Saya berangkat 06.30 sampai kantor 06.55 dan balik jam 21.00, Solo masih mending lah, kalau saya waktu di Jakarta pulang 23.00.” tuturnya saat berbincang di studio TA Radio Rabu (20/11/2019).

Pria yang mempunyai wajah mirip mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaya Purnama ini ternyata juga seorang pekerja keras. Ia dibesarkan dari keluarga biasa, selain didikan dari orang tua yang disiplin, Bambang sejak kecil juga mempunyai tekad untuk membangun hidupnya.  

“Bapak saya selalu galak kalau saya tidak belajar maka saya akan dimarahin, bahkan kalau saya agak bandel bisa dipukul.” Ceritanya.

Ia juga menyadari, sebagai anak pertama maka juga harus ikut memikul beban keluarga dan adik-adiknya. Maka dari itu tak sedikitpun waktu ia sia-siakan untuk terus menimba ilmu.

“Saya melihat kalau saya menyia-nyakan karena saya anak pertama bagaimana dengan adik-adik saya? sekolahnya bisa ndak kalau saya menyia-nyiakan waktu, makanya saya gunakan waktu sebaik baiknya.”

Kemauan yang keras dan didikan disiplin dari sang ayah membuatnya menjadi seorang Bambang Pramono seperti sekarang ini.

 “kita kalau mau berubah bisa, dan orang tua yang mau menggembleng.”

Pengalaman dididik oleh seorang ayah yang disiplin juga ia terapkan dalam mendidik putra sematawayangnya yang kini duduk di bangku SMP di Jakarta, namun tentu saja dengan cara yang berbeda.

“Saya juga keras, tapi keras yang bukan seperti orang tua zaman dahulu, anak-anak sekarang kan beda, anak tidak bisa dikerasin, kalau dikerasin malah jadi berani, jadi beda zamannya.” Terangnya.      

Baginya perubahan zaman juga menuntutnya harus memberikan didikan yang berbeda pula, namun disiplin tetap nomor satu.

(wd)