SOLO, solotrust.com - Pengamat politik dari Universitas Paramadina Jakarta Hendri Satrio menyebut langkah Gibran Rakabuming Raka maju mendaftar bakal calon wali Kota Solo sebagai sebuah manuver brilian di tengah tren dunia yang mengunggulkan potensi anak muda untuk menjadi pemimpin.
Seperti diketahui, putra sulung Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) resmi mendaftar dalam bursa pemilihan wali kota (Pilwalkot) Solo 2020 lewat DPD PDIP Jawa Tengah di Semarang dengan diantar para relawan pendukungnya, Hendri pun sempat bertemu Gibran sebelum agendanya menghadiri kegiatan bakti sosial pengobatan gratis digelar Polri di tempat yang sama, Graha Sabha Solo, Kamis (12/12/2019).
Menurut dia, ada dua hal dalam kejadian politik, yakni rekayasa dan tren. Gibran menggabungkan dua hal tersebut dalam momentum pemilihan kepala daerah (Pilkada) Solo kali ini. Terdapat rekayasa, Gibran dimunculkan sebagai sosok pemimpin muda yang mampu membawa perubahan di masa depan. Adapula di lain sisi, tren anak muda yang muncul menjadi pemimpin di berbagai belahan dunia.
"Kalau bicara layak dan tidak layak, setiap warga Solo berhak untuk memimpin sesuai kapasitasnya, Gibran memanfaatkan dengan menyambut momentum tren anak muda sebagai pemimpin. Saya justru juga mengundang anak-anak muda lainnya untuk tampil sehingga tidak hanya Gibran saja yang tampil di Pilkada Solo," ujar dia.
“Usia muda itu kekuatan Gibran, apalagi dukungan dari warga Solo, tempat di mana Gibran tinggal, anak-anak mudanya banyak yang mendukung sekali. Ditanya aji mumpung atau tidak? ya memang aji mumpung, mumpung ada momentum ya dimanfaatkan. Kalau bisa, anak-anak muda Solo lainnya ikut pencalonan, tidak hanya Gibran,” lanjut Hendri.
Ayah Jan Ethes dan La Lembah Manah itu, menurut Hendri mempunyai kans besar sebagai representasi anak muda untuk membangun Kota Solo. Pasalnya, sejauh ini belum ada calon lain yang menonjol menggantikan FX Hadi Rudyatmo.
“Kalau ditanya bisa menang, ya bisa menang. Ada warna tersendiri yang diberikan dari kehadiran Gibran. Ia datang dengan keinginan besar untuk membangun Solo, tidak ada yang salah. Gibran dapat banyak masukan seperti menghargai senioritas, disuruh belajar dulu, ini momentum yang dimanfaatkan Gibran, tidak setiap kali datang. Gibran juga menghargai senioritas, ada unggah ungguh dulu, dia belajar empat buku yang diberikan Megawati saat sowan di Jakarta,” bebernya. (adr)
(redaksi)