Entertainment

Rilis Album, Merah Bercerita Gelar Konser Nyanyian Sukma Lara

Musik & Film

10 Januari 2020 15:05 WIB

Personel grup band Merah Bercerita

SOLO, solotrust.com – Merah Bercerita, grup band beraliran Poem Rock bakal meluncurkan album baru bertajuk “Konser Nyanyian Sukma Lara” di  Perum Percetakan Negara Republik Indonesia (PNRI) Lokananta, Solo, Jumat (17/01/2020) mendatang.

Berbeda dari album pertama karya mereka banyak terinspirai dari bait puisi tokoh pergerakan era Orde Baru Wiji Thukul, pada album kedua ini mereka tidak lagi merepresentasikan puisi Wiji Thukul.



Merah Bercerita beranggotakan tiga sekawan, yakni Fajar Merah pada vokal dan gitar, Yanuar Arifin pada bass, dan Lintang Bumi pada drum. Grup band asal Kota Bengawan ini terbentuk pada 2014 dan telah merampungkan produksi album keduanya pada 2017.

Dalam rilis album nanti, mereka bakal berkolaborasi dengan musisi-musisi lokal Solo, seperti Gema Isya dari grup band Soloensis, Safina Nadisa dari Jungkat-Jungkit, dan Artaxiat Gamelan, siap menghadirkan nuansa kaya keberagaman.

“Di album baru ini kami tidak lagi sekadar mengaransemen puisi-puisi orang, namun mempunyai keberanian sekaligus pendewasaan secara materi yang nampak dari segi musik dan sajak. Dalam track berdurasi sekira 32 menit ini mempunyai kekuatan konsep narasi. Lagu demi lagu saling bersambung membentuk sebuah literasi yang mengajak kita menerawang apa yang sebenarnya dibicarakan dalam setiap liriknya,” ungkap sang vokalis, Fajar Merah, Jumat (10/01/2020).

Ia pun membeberkan, tajuk Nyanyian Sukma Lara dipilih mewakili semua judul dari album kedua Merah Bercerita. Lagu-lagunya menghadirkan sebuah tanya akan diri, mengajak penikmat untuk kembali menentukan sikap pada zaman yang dinilai telah terdegradasi. Selain itu juga mengajak pendengar bersama-sama mengenali kebenaran demi sebuah tujuan guna menjadi manusia yang memanusiakan manusia, serta mengenali opsi dari polemik krisis identitas pada lingkungan sosial dan mendoakan alam yang kian lelah.

“Konsep album ini layaknya mesin waktu yang menghadirkan portalnya dengan cerita, alur, dan puncak yang tidak menghakimi keadaan, namun mencoba memiliki posisi netral sebagai pembaca gejala sosial, alam, sejarah tertulis maupun dampak personal,” beber dia.

 Album pertama mereka lahir dengan tajuk Merah Bercerita yang juga menjadi nama grup band tersebut. Pada album pertama, mereka merepresentasikan atau melagukan puisi dari Wiji Thukul.

“Album itu menegaskan kembali bahwa Merah Bercerita bukanlah instrumen dari masa lalu, namun menjadi sebuah narasi baru atas pembacaan terhadap relevansi terkini, meliputi gejala pada personal, alam, sosial, dan kemanusian. Kami kuatkan identitas dengan tidak lagi melagukan puisi-puisi dari Wiji Thukul,” pungkas dia. (adr)

(redaksi)